Laman

Senin, 12 September 2011

Just Go Ahead and Don't Ever Give Up

.........
Beberapa orang memang berniat tulus membantu orang lain.
Ketika ada seseorang yang punya mimpi namun tidak dapat membuka pintu kemungkinan dengan alasan kakinya terlalu lemah untuk sekedar berjalan atau bahkan berdiri, ada seseorang yang berbaik hati mengangkat tubuhnya dan membantu ia berdiri meski tertatih.
Membukakan pintu untuknya, diiringi seulas senyuman.
Memberinya harapan dan segala janji akan masa depan yang berkilau.
Menceritakan cerita indah tentang mimpi yang tercapai, mengatakan bahwa ,"Kau harus punya bekal yang banyak sebelum melangkah lebih jauh."
Seseorang itu kini berdiri dengan berpegangan padanya.
Mendengarkan semua kata-katanya karena ia yakin bahwa orang ini akan membuatnya berlari menuju masa depan yang cerah.
Padahal sebelumnya, jangankan memikirkan masa depan, menatap ke depan pun ia tak mampu.


Namun tanpa disangka, janji yang 'sempat' terucap itu memang hanya sekedar 'terucap..
Kalian tahu?
Baru saja ia akan memulai berjalan, tangan yang semula membantu itu tiba-tiba lenyap.
Sang pemberi harapan pergi begitu saja dan membiarkan orang tadi terjatuh lebih keras.
Ia pergi sambil bergumam ,"Semua orang bisa melangkah hanya jika persiapannya sudah selesai.
Dan persiapan itu akan selesai jika ia tidak selambat ini.
Memahami hal dasar untuk melangkah pun ia begitu lama.
Bagaimana bisa ia bisa berlari? Ia memang tidak berkemampuan.
Aku akan membantu orang lain yang berkemampuan lebih darinya. Karena mereka
akan mulai berlari dalam waktu yang singkat. Artinya aku tidak perlu membuang waktuku
dan menunggui orang yang 'lamban' hingga dapat berlari."
Orang tadi bingung, ia memanggil-manggil sang penolong yang kini sibuk dengan calon-calon pelarinya yang lain.
Jangankan menghampirinya, menoleh pun tidak, justru ia membuang muka.
Orang itu semakin terpuruk. Ia semakin yakin bahwa hidup tidak adil.
Bahwa mimpi itu tidak berhak dicapai oleh mereka yang tidak bisa apa-apa.
Ia lelah, ia sakit hati,dan merasa dikhianati.
Ia ingin berhenti. Lebih baik ia diam saja seperti sebelum ia bertemu dengan si penolong.
Jika memang itu hanya sebuah mimpi. Biarkan saja itu tetap menjadi mimpi.
Akhirnya ia pun terdiam lama..


Tapi, sesuatu menyadarkannya. Nasihat sang bunda terngiang di telinganya. "Hidup itu selalu adil.
Tidak ada orang yang tidak bisa, semua orang bisa jika dia mau berusaha dan berdoa.
Kau mungkin berkata tidak mungkin, tapi Tuhan bisa saja berkehendak lain.
Tidak perlu menjadi pelari cepat dalam kompetisi kehidupan.
Hal yang terpenting adalah engkau mampu mencapai garis finish, mencapai apa yang kauinginkan.
Dan ambillah hikmah dari perjalanan panjang yang engkau tempuh."
Ia pun mulai bangkit. Merangkak perlahan tanpa bantuan orang lain.
Dengan keyakinan penuh Tuhan selalu ada di sisinya.

Entah mengapa, kemudian si pemberi harapan itu datang kembali dan membukakan pintu lain dengan senyum mengembang.
Ia juga membantunya berdiri dan berjalan perlahan memasuki pintu itu.
Ternyata pintu itu adalah pintu baru yang ia sendiri tidak tahu ada jalan apa di balik pintu itu.
Ia berniat menjadikan orang tadi seekor 'kelinci percobaan'. Orang itu semakin merasa sakit hati.
Namun dia tidak menyerah, ini adalah perjalanan baru yang harus ia lalui. Begitu banyak tantangan di hadapannya. Ia tetap fokus.
Dan tanpa disangka si 'kelinci' itu justru menemukan jalannya sendiri dan dapat melompat jauh lebih tinggi dari yang lain.
Tantangan-tantangan yang ia lalui membuat ia kini tidak hanya dapat berjalan. Ia berlari!
Berlari jauh meninggalkan teman-temannya yang telah berlari sebelum dirinya.
Kaki yang lemah bukan berarti kaki yang tidak bisa berlari.
Ia terus berlari dan berlari, karena ia tahu mimpi yang selama ini ia inginkan kini 'mungkin' untuk dicapai.
Garis finish di depan mata.. Ia semakin bersemangat. Setelah sekian lama akhirnya ia tersenyum kembali.
Senyum yang menandakan keberhasilannya..
Garis finish terlewati. Senyum lebar senantiasa menghiasi wajah polosnya.
Sebaliknya si penolong geram karena para pelari hebatnya dikalahkan oleh 'si lamban'.
Dengan berat hati dan penuh dengan rasa malu, ia menyalami 'si lamban'.


Pintu tadi ternyata adalah pintu untuk membukakan hati untuk si penolong agar tidak membeda-bedakan siapa yang ia tolong.
Pintu yang membantu orang tadi untuk belajar menjalani hidup, belajar untuk tidak berputus asa, belajar untuk tidak bergantung kepada orang lain.
Ia telah belajar bahwa tidak ada kebahagiaan tanpa pengorbanan.
Dan yang terpenting: KEYAKINAN. Karena keyakinan adalah landasan yang harus dipegang agar kita tetap terarah dan fokus..
Oleh karena itu,
BERMIMPILAH, BERUSAHALAH, BEKERJAKERASLAH DAN JANGAN BERPUTUS ASA!!