Laman

Sabtu, 16 Mei 2015

Sedih Tapi Kuat Kok

Hei, sudah Mei ternyata. Perkuliahan semester 8 selesai, tapi belum resmi selesai, mengingat UAS masih banyak dan semester pendek juga belum dilewati. Alhamdulillah sudah semangat TA (baru mulai? maklum deadliner) hahaha. Semoga lancar ya Allah, amiin. Many things happened, khususnya Maret-April kemarin. Banyak yang mau ditulis tapi lupa terus. Jadi diceritainnya satu-satu deh ya *nyicil ceritanya*..

Di tulisanku sebelumnya, aku cerita tentang rasa malasku ngerjain TA dan upaya refreshing-nya yang cukup terhambat karena ada sedikit masalah hati *wejiaan*. Tapi serius, memang beneran bermasalah waktu itu.

Ceritanya akhir Februari, tanggal 20, aku berniat pulang menghabiskan weekend di rumah, sekalian ada acara keluarga. Sayangnya itu batal karena jadwal kegiatan yang tidak bersahabat. Jumat ada kuliah sore, Sabtu dan Minggu ada kegiatan wajib rutin beswan, Senin malam mengajar privat. Sedih sih. Akhirnya pas hari Kamis aku telpon rumah dan bilang bahwa aku batal pulang. Orang rumah biasa saja, tidak ada masalah. Masalahnya di minggu depannya..

Seminggu kemudian, aku tidak menelepon rumah, tepar karena pulang kemalaman. Jumatnya, bertepatan di tanggal lahirku, bangun-bangun aku buka HP, berharap ada 2 pesan disana, ibu dan mbak. Aku kan hanya butuh tahu bahwa ibu ingat hari ulang tahunku. Tapi, nihil.. Sedihnya tambah. Ya sudah, dengan agak malas siangnya aku ke kampus. Di kampus ternyata si emak (Cindy) nyariin, akhirnya dia dan AK (Akmal juga dihitung deh) nyamperin sebelum aku masuk kelas cuma buat bilang happy birthday dan nyuruh aku ketemu mereka dulu sehabis kelas. Ternyata, Cindy masak puding dan ngajak makan berempat sehabis kelas. So sweet banget nggak sih anak satu ini. Terima kasih banyak pokoknya, you're my moodbooster that day. Mana habis itu waktu aku buka HP ada 2 pesan. Siapa lagi? Ibu dan mbak. Alhamdulillah, sedihnya hilang. Katanya ibu ngga sempat sms pagi-pagi. Agak heran sih, jarang-jarang ibu telat ngucapin. Tapi biar deh, yang penting ibu sms, udah lega.

Sore itu, aku juga ada kumpul dengan anak-anak Mathco mengingat sebentar lagi ganti kepengurusan. Dan ternyata ada yang beliin kue untukku dan seorang adik tingkat yang juga berulangtahun hari itu. Well, thanks, guys. Mathco yahud euy.

Sayangnya happy ini nggak bertahan lama. Malamnya, aku telepon rumah mengingat malam sebelumnya tepar. Awalnya pembicaraan kami biasa, tapi di akhir ibu bilang, "nduk mbok bali nek bisa", dan dengan alasan yang sama aku menjelaskan aku tidak bisa pulang. Tapi rasanya aneh. Saat aku tanya ada apa, ibu bilang, "yo ora popo, mung pengen dian bali, tapi nek nduk pancen ora bisa yo wes." Ditanya-tanya lagi pun jawabannya sama, tidak ada apa-apa. Habis salam telepon tutup. Nah kan, curiganya nambah. Pasti ada hubungannya dengan ibu yang tadi pagi nggak sempat sms. Ini pasti ada sesuatu yang ditutupi.

Akhirnya seperti biasa, aku berusaha men-distract diri sendiri, ngerjain ini-itu agar lupa walaupun sebentar. Eh, susah.. Malah tambah kepikiran. Dua hari kemudian semuanya memuncak. Pengen pulang tapi nggak bisa. Mau ngapa-ngapain nggak konsen. Mau cerita bingung sama siapa. Aku memang suka bercerita banyak hal, tapi kalau ada masalah apalagi tentang keluarga, aku sangat selektif memilih tempat bercerita. Lagipula, kalaupun ada tempat bercerita, aku bingung harus mulai darimana dan apa yang harus dikatakan. Jadi pada akhirnya malam itu aku hanya bisa menangis lama. Berharap keluargaku dilindungi dan semuanya baik-baik saja.

Esok paginya aku sudah mulai tenang walaupun mataku bengkak. Dan aku putuskan sms ibu, bilang kalau memang ada hal penting yang harus dilakukan, lakukan aja nggak perlu tunggu Dian, Dian bantu doa dari sini dan beliau hanya membalas "iya nduk". Walaupun belum plong tapi lebih lega.
Pada akhirnya selalu begini, seberat apapun itu aku masih kuat hadapi masalahku sendiri. Kalau sedang rapuh-rapuhnya selalu merasa butuh tempat luapan curhat, tapi lagi-lagi tembok kamar selalu cukup jadi tempat bercerita. Strong, Yan, strong!

Masuk bulan Maret, ada libur hari raya Nyepi, yang kebetulan jatuh di weekend. Bisa pulang juga nih :3 Sampai rumah aku dan keluargaku banyak bercerita. Ternyata memang ada sesuatu saat itu but that's okay now. Jadi, aku tidak perlu khawatir lagi :)

Btw, tadi banget, aku mimpi sedih. Aku mimpi ibu, bapak, dan mbakku nggak ada. Naudzubillah ya Allah, jangan dulu, aku masih sangat butuh mereka.
Dulu pas aku SD aku pernah bermimpi ibu nggak ada, bangun langsung nangis teriak-teriak panggil ibu, terus langsung berhenti pas ibu nyamperin ke kamar.
Pas SMP aku mimpi adikku nggak ada, nggak pake teriak sih tapi bantalku super basah dan bangun pun masih sesenggukan.
Beberapa minggu lalu aku mimpi bapak nggak ada, sama seperti saat mimpi adik, nangisnya dalam mimpi, jadi bangun tinggal sesenggukannya.
Nah yang tadi pagi parah. Bangun bantal sudah basah, ditambah masih nangis kebawa sedih, nangisnya bukan main pula, 40 menitan, sekitar sejam setelah bangun baru bisa tenang dan berpikir jernih. Aku takut beneran. Kalau kejadian kan aku nggak tahu harus gimana. Kuliahku belum selesai, adikku sebentar lagi masuk SMA, akunya juga pasti shock berat. Nggak kebayang gimana rasanya karena aku pasti tidak kuat tapi aku tidak bisa terus-terusan nangis apalagi di depan adikku. Kakak itu contoh buat adiknya, kalau aku begitu kan kasihan adikku. Makanya tadi nangisnya lamaaaa.. Jangan dulu, ya Allah. Lindungi keluargaku, amiin.
Ya sudah, ceritanya gitu. Kalau ngomongin keluarga bisa keterusan kalau nggak direm hahaha. See you in the next post :D

0 komentar: