Laman

Minggu, 05 Juli 2015

ADHD? Maybe..

Hai, Juli dataaaang (hayoo kapan sidang, Day?)

Kali ini, aku ingin bercerita tentang ADHD. Sebagai orang yang kurang memperhatikan dunia kesehatan, penyakit, dan kelainan, aku asing sekali dengan istilah ADHD. Bagi yang penasaran, mangga googling. Ada banyak keterangan tentang ADHD disana.
Yang jelas istilah ini baru aku ketahui dari kak Ryan, Ryan Adhriandy, yang mini-mini lucu itu.

Ceritanya aku iseng main ask.fm sejak beberapa bulan lalu, dan dia adalah orang ketiga dari total 20-an orang yang aku follow hahaha. Aku suka sih sama stand up-nya, bahkan aku punya "From Tiny to Funny" :)

Balik lagi ke ADHD. Beberapa hari yang lalu kak Ryan menjawab pertanyaan tentang kenapa kak Ryan jarang kelihatan dan sepertinya sedang 'off' dari salah satu proyeknya.
Dan dia menjawab pertanyaan itu dengan sebuah penjelasan. Yaitu kondisi ADHD, Attention Defisit Hyperactivity Disorder.
Bukan tidak serius melakukan sesuatu sampai selesai, tapi memang ada hal lain yang lebih menarik atensinya dan itu tidak bisa dihindari. Lalu dia bercerita banyak tentang hal itu.

Awalnya aku merasa familiar dengan apa yang aku baca di ask.fm kak Ryan. And guess what? Aku baru ngeh, mirip aku euy, bapakku juga begitu.
Dan bukan cuma aku, tapi saat membaca info lebih lanjut aku langsung berfikir, "ini sih Luqman banget".

Gejala aku sama bapak sih idem. Luqman aja yang faktor H-nya tinggi banget.

Sejak kecil, Luqman super aktif, ada aja kelakuannya.
Sekalinya duduk diam, ngoceh non stop.
Kalau dia diam tenang tanpa suara, itu tidur.
Bahkan dulu saat TK, dia duduk di kantor kepala sekolah sambil ngobrol dengan beliau, saking senengnya jalan-jalan kalau di kelas.

Dan mulai SD sampai saat ini, dia males banget yang namanya belajar. Tapi rajin kalau berangkat KIR.
Biologi dia jelek pol, tapi dialog di kartun Spongebob, Upin Ipin dan Boboiboy dia hafal.

Luqman punya hobi yang berganti-ganti.
Dulu dia suka menggambar, tembok rumah kami penuh coretan.
Pernah juga memasak. Ibu sering bingung kenapa telur, kecap, mie cepat sekali habis, ternyata dia pelakunya.
Pernah juga belajar stand up comedy, gara-gara koleksi DVD stand up ku aku bawa pulang. Tapi ini hanya bertahan sampai dia niru beberapa comic doang, belum sampai buat bit sendiri.
Setahun terakhir dia tergila-gila sama gitar. Udah lumayan mainnya sekarang, sudah jago main kunci yang susah.
Dan yang terakhir aku tahu, dia sedang belajar photoshop.

Dia suka ngulik, apa-apa dibongkar, tapi tidak pernah dibereskan. Ujung-ujungnya rusak semua.
Itu terjadi berulang kali seperti tidak bisa dihentikan. Keluarga kami yang tidak pernah tahu ADHD pada akhirnya men-cap Luqman bandel, nakal dan tidak bisa diatur.
Karena ketidaktahuan ini, kami justru sering memarahinya dan melarang dia melakukan hal yang dia suka. Dan ini salah.

Aku tahu ada hal yang berbeda dari dia. Tapi aku tidak tahu apa itu dan bagaimana mengatasi itu.
Kadang aku hanya bisa sedih karena takut adikku tidak bisa berkembang sebagaimana teman-temannya yang lain.
But now I know better. Thanks for the information, kak Ryan.

Kalau kata kak Ryan sendiri, ADHD ini seperti kuda liar. Pilihannya adalah dengan mengekangnya berharap dia akan se-'normal' kuda peliharaan atau biarkan dia bebas berlari tetapi pantau pergerakannya.
And he choose the second one.
Aku setuju sih. Tidak seharusnya kami mengekang adikku yang keinginan dan imajinasinya liar. Adikku semakin bandel lho sejak masuk SMP (bandel menurut kami), pelajarannya di sekolah juga tidak seperti dugaanku dan aku pikir ini akibat terlalu dikekang.
Setelah ini aku akan berkonsultasi dengan orang tuaku. Aku harap mereka juga setuju denganku. Aku cuma ingin melihat adikku mengikuti jalannya sendiri dan menemukan cara belajarnya sendiri.
I just love him, what else can I do?

Kalau aku sendiri yang parah di bagian distraksi. Susah menyelesaikan sesuatu tepat waktu. Kurang bisa fokus saat mengerjakan sesuatu berjangka waktu panjang.
Apalagi pas olimpiade, wuh 4 jam harus fokus itu susah, paling lama 2 jam aku bisa karena memang dibiasakan (dulu susah juga sih), lebih dari itu harus ada refreshingnya.
Btw, ini beda aku dan adikku, aku anaknya cukup 'patuh' dan bisa 'dibiasakan', adikku sebaliknya.

Kembali lagi ke distraksi, kalau olim 4 jam, mulai jam ketiga aku mulai mainan pensil, lihat-lihat kanan kiri.
Bahkan jaman SMP, pas pelajaran, setelah 20-an menit aku sibuk melubangi meja dengan jangka, melempari buletan kertas kecil-kecil ke rambut teman yang keriting, atau main pesan berantai dengan teman sebelah.
Kalau SMA kan jarang sekolah, kalaupun sekolah aku duduk pojokan kalau mulai bosen paling nulis-nulis.
Kalau kuliah ya paling gambar-gambar (binderku isinya gambar dan coretan, catetannya sedikit), coretin tangan Fetra Ilfan atau Tamaro, tendang-tendang kursi orang di depanku, ngeliatin orang lewat, merhatiin pucuk pohon dari jendela kelas, dsb.

Ada lagi, aku pikir aku hanya sekedar deadliner yang malas mengerjakan tugas (walaupun banyak juga yang selesai jauh sebelum deadline).

Aku selalu bilang, "Bentar deh, belum mood". Sepertinya kata 'mood' ini yang aku maksudkan dengan ketertarikan.
Sekedar cerita, setiap kali aku mencoba melakukan apa yang 'seharusnya' dilakukan, tiba-tiba ada hal yang lebih menarik dan membuatku melakukannya saat itu juga.

Contohnya,

pernah aku berniat merombak kamar kos, baru juga mulai nyapu, tiba-tiba denger lagu enak dari kamar sebelah, langsung ambil HP, download lagunya, cari chordnya, main gitar lagu itu lalu lihat lampu mulai kedip-kedip lalu ke indomart beli lampu lalu menggantinya dan ujung-ujungnya berakhir dengan mencoba model kerudung di youtube (jauh ya?),

pernah juga berniat mengerjakan presentasi dengan latex (dan pada saat itu aku belum ngerti pake latex padahal deadline malam itu juga) lalu tiba-tiba pengen McFlurry akhirnya aku bela-belain ke McD cuma beli eskrim dan balik lagi ke kosan.

Lalu kenapa harus deadliner? Catatan, deadliner hanya untuk hal yang nggak disuka.
Ya karena ngga bisa dipaksa (kecuali ujian, ujian itu, sekali lagi, adalah hal yang terpaksa kita lakukan dan itu dibiasakan sejak SD, jadi kalau ujian ya bisa-bisa aja dipaksa),
tapi ketika J-sekian, hawanya bukan hawa tugas lagi, hawanya hawa ujian. Makanya dipaksa oke-oke aja.
Tapi kalau aku suka, mau deadline sebulan lagi juga aku bisa-bisa aja selesaikan dalam sehari. Namanya juga suka.

Buatku, tidak ada masalah sih gejala ADHD selama itu tidak mengganggu. Well, mungkin akan tetap ganggu tapi selama bisa diatasi, aku pikir bukan masalah besar.
Toh itu membantu dalam beberapa hal.
Seneng kali bisa tahu banyak hal, disaat orang lain terpaku sama satu doang. Walaupun, yeah, ngga ahli, sekedar tahu dan bisa, kemudian ketertarikan itu hilang gitu aja.

Believe me, aku suka banget matematika dan aku suka banget ngajar. Tapi bukan berarti aku freak dan ngga bisa apa-apa selain itu.
Aku belajar banyak hal, aku pernah menari (tradisional tentunya), nge-dance (tapi ngga jadi masuk Infinity), menyanyi pop jazz klasik campursari dangdut keroncong nasyid, main seruling, peking, saron, gitar, angklung (tapi ngga ke KPA karena kaderisasinya lama), nulis puisi, menjahit, menyulam, bikin boneka, menggambar, melukis, make-up, fotografi, tata busana, origami, paperart, benerin colokan listrik, bongkar radio, bongkar tv, apalagi ya? Hahaha.

Yang jelas, it's fun and I enjoy it. Hope my brother would be like that too.