Laman

Kamis, 09 Oktober 2014

Ruang Rindu Vs Ruang Vektor

(Suasana usai praktikum Simulasi dan Komputasi Matematika sesi 1, Senin, 6 Oktober 2014)
A : Mas Afif
C : Cindy
D : Aku

A : "Mata terpejam dan hati menggumam.."
D : "Di ruang.."
C : "Vektor, kita bertemu.."
      (tiba-tiba hening sejenak)
D : "Iya kalo ketemu, taunya aku di dimensi m dianya n, terus m nya kurang dari n."
C : "Pake transformasi linier aja, To, kan bisa memetakan vektor dimensi m ke dimensi n. Sebaliknya juga bisa aja kan?"
D : "Lah, Cin, kalo dimensinya beda kan nggak bijektif nanti. Mana mau diduain?"
C : "Oiya, ya? Mesti sama-sama n dong? Gimana tuh?"
D : "Eh, kan ada Replacement Theorem, pilih aja vektor-vektor bebas linier kalo digabungin ke basis kan dimensinya bisa jadi sama."
C : "Iya ya? Hahaha"
      (everybody laughs)
      (seorang anak tingkat 3 -asprak sesi selanjutnya- yang mengambil Aljabar Linier malah memandang bingung)
A : "Ah, aku yang ambil KK Aljabar aja nggak segitunya. Kalian kok...?"

Yah, bagaimana lagi, kami memang duo yang tidak berminat KK Aljabar (merasa tidak mampu hehe), tapi tidak dipungkiri dalam 3 semester berturut-turut mengambil mata kuliah Aljabar. Kalau Teori Koding dan Kriptografi bisa dianggap Aljabar berarti aku 5 semester berturut-turut. Jadi mau tidak mau kadang bahasanya agak nyerempet-nyerempet.

Menjejaki Jalanan Nasib

Waktu mulai terkuras
Ku pacu rodaku mencoba bergegas
Ke tempat itu pikiranku tertuju

Waktu semakin menipis
Ku berlari penuh peluh di pelipis
Masih di tempat yang sama pikiranku berkelana

Kosong
Tak sebutir kerikil ku lihat
Tak seekor ulat pun menggeliat
Bahkan tak sekelebat bayangan tersirat

Kata mereka, mungkin bukan nasibnya
Jangan tanya bagaimana, aku mana tahu harus apa

Biar saja kaki ini menjelajahi jalanan kembali
Biar mencari apa yang nasib kehendaki
Siapa tahu ia berbaik hati
Ke tempat tadi barangkali

Kamis, 02 Oktober 2014

Andai Bisa

Warna sendu merona di sekitarku
Dimana gema suara menyilaukan
Dimana pancar cahaya terbiaskan

Berbagai perangai meracau di sekitarku
Dimana asa terbang menggantung
Dimana jiwa seakan terpasung

Lelah? Lengah? Resah?
Entah..

Puluhan apa, kapan, bagaimana menggelayut di udara
Menyesaki kepala yang cenderung hampa
Lalu hilang tertelan lupa

Andai bisa meminta, aku inginkan bahwa
Bukannya tanda tanya
Bukannya nestapa

Tapi aku bisa apa?
Nyatanya pemberianmu adalah pertanyaan
Sedang kebutuhanku adalah pernyataan