Laman

Kamis, 22 Januari 2015

Mata Itu

Aku tahu.
Tanpa kau getarkan pita suaramu aku tahu
Tanpa kau gemakan pikiranmu aku tahu
Tanpa kau sisipkan fakta ke dalam canda aku tahu
Tanpa kau goreskan rasa menjadi alinea pun aku tahu
Aku tahu.
Bukan. Aku bukan tuhan.
Sorot mata itu yang narasikan


Repost
Bandung, 28 Agustus 2013

Bukan Drama, Hanya.. Gengsi.

Beberapa hari yang lalu aku membaca blog post seorang teman -Idham namanya- yang berjudul "Enggak Kangen, Enggak Cinta" yang kemudian memiliki blog post tandingan dari Pipit dengan judul "Drama". Tadinya, tidak ingin ikut-ikutan tapi tergoda juga akhirnya..

Setuju dengan pendapat Pipit, menurutku kangen itu muncul karena adanya stimuli yaitu rasa terbiasa. Dan saat kita kangen dengan seseorang atau sesuatu, memori tentangnya akan dengan mudah muncul dimana-mana. Di halaman novel yang kita baca, di whiteboard yang penuh tulisan dosen, di jendela angkot, di lirik lagu yang terputar di radio kantin, bahkan di dalam kekosongan saat kita beranjak tidur (aseek). Terdengar lebay ya? Tapi memang gitu sih..

Kembali ke tulisan kedua temanku tadi. Kalau pertanyaannya nggak kangen nggak cinta, aku balik dulu deh. Kalau cinta, kangen nggak? Aku sih optimis, kebanyakan orang akan menjawab iya. Lha wong yang cuma temenan sebentar aja dikangenin, benda mati juga kadang dikangenin, apalagi yang dicinta (tuh kan, geuleuh ih pake kata 'cinta' -_- ) Jadi, jawabannya iya, kalau nggak kangen berarti nggak cinta.
Nah, kalau kangen, terus apa? Kembali ke orangnya masing-masing menurutku. Mungkin x persen akan langsung mengontak orang bersangkutan dan bilang "Apa kabar?" atau dengan gamblangnya "Aku kangen". Tapi masih ada (100-x) persen yang tidak demikian. Dan salah satu faktor penyebabnya bisa jadi adalah gengsi. Ya, gengsi.
Kaum gengsi ini, pasti akan memilih untuk sibuk sendiri. Bukan upaya menambah drama di tengah rumitnya hidup, hanya usaha men-distract diri sendiri dengan cara apapun. Berusaha lupa sementara. Mungkin akhirnya benar-benar lupa. Tapi tidak jarang yang justru semakin rindu dan rindu. Sampai akhirnya, dengan penuh pertimbangan, dia akan mengontak terlebih dahulu dengan hanya "Hai" atau "Kamu sibuk?". Padahal dalam hatinya, "Aku kangen.. Banget."

Katanya, kalau memang cinta, sesulit apapun, pasti ada usaha meluangkan waktu satu sama lain.
Mmm, oke sih, kalau nggak gengsi. Sebenarnya usaha ada.. Tapi, gengsi itu.. Gimana ya? Susaaaah banget dimusnahkan (bahasane ah), ya dihilangkan deh. Dikurangi aja susah, apalagi sampai hilang. Mustahil. Yang bilang bisa hanya mereka yang nggak gengsi-gengsi banget. Selain gengsi, mungkin cuek. Ini sifat kedua yang juga susah dihilangkan. Tapi lumayan bisa dikurangi. Mau sayang gimana juga, karakter cuek itu sekali-kali bisa muncul. Kangen sih dikit, tapi ya udah lah nggak perlu dibilangin. Ujungnya sama-sama tiada kabar. 
Tapi tenang.. Kalau memang cinta, pasti ada yang mengalah duluan :) Makanya, untuk kaum seperti ini, quotes di atas sepertinya harus sedikit di revisi
Kalau memang cinta, sesulit apapun, pasti ada usaha mengalahkan gengsi dan ego masing-masing.
Sedikit cerita, tentang orang-orang yang selalu membuatku kangen. Keluargaku. Lebaran yang lalu,lebaran pertama yang aku lalui tanpa keluargaku. H-2 lebaran aku menelpon rumah dan berbagi kabar seputar keberangkatanku. Tadinya aku merasa normal-normal saja, tapi H-1 lebaran rasanya sangat hampa. Sore-sore aku berjalan-jalan di kompleks belakang hotel, berniat mengambil laundry. Sepanjang jalan, aku jumpai beberapa rumah tampak ramai, sepertinya kerabatnya pulang kampung ke rumah tersebut. Dan sesak mulai terasa. Aku rindu keluargaku. Tapi ditahan saja, baru juga tadi malam telpon. Gengsi. Yap, untuk beberapa hal, aku masih gengsi dengan keluargaku sendiri, apalagi untuk berkata "Ibu, aku kangen" atau "Makasih ya, Pak". Sampai akhirnya azan Isya berkumandang dan langit Jakarta mulai dipenuhi kembang api, sedangkan aku hanya menatap itu semua dari jendela kamarku sambil memegang HP,  galau pengen telpon tapi gengsi, kalau nggak telpon kangen. Untungnya beberapa menit kemudian, HP ku berdering. Bapak. Langsung ku angkat dan kami sekeluarga ngobrol berjam-jam malam itu.

See? Jangan pernah samakan statement Anda untuk semua orang. Karena biasanya, kaum gengsi punya statement sendiri :)