Laman

Kamis, 25 Juni 2015

Kuliah Lapangan Oseanografi

25 Juni 2015, dini hari. Tepat sebulan yang lalu aku sedang berada di gerbang depan kampus, balapan menghabiskan kwetiau dengan Mufri karena dari anak matematika yang ada disana hanya kami yang belum makan.
Sebelumnya, aku sebutkan dulu anak matematika yang ada di TKP.

Dari angkatan 2012 ada Alfred (si kokoh rempong), Ferdy (kokoh berkaki SNSD, aku ngefans banget sama kakinyaaa), Udin (iya, Udin si anak rese' yang papinya dosen analisis itu, papinya baik tapi alhamdulillah) dan Evellyn (rempongnya sejenis sama Alfred, and unfortunately dia satu kelompok denganku).

Angkatan 2013 ada Levina (Le irit banget ngomongnya), Nidya (pacarnya Udin), dan Jaenuri (Jae mah, hmm, no comment, lieur urang).

Dan dari angkatanku ada Mufri (manusia tegap, berotot, pecinta alam, pendaki gunung pelewat lembah, yang kameranya kereeen, like di IG nya sampai ratusan huaaa :o ), Haje (kokoh skinny boy cem-cem Ferdy, kalau sama Mufri ngga bisa akur), dan tentunya Cindy, AK dan aku, coba ada Akmal sekalian, wuh 'geng wacana' komplit deh.

Ceritanya, kami ber-12 ini adalah peserta matkul Oseanografi Lingkungan dari jurusan Matematika.
Sebenarnya aku sudah mengambil matkul lingkungan di semester 2 yaitu Astronomi Lingkungan. Tapi berhubung penasaran dengan yang ini, apa salahnya diambil?
Ada pengalaman tersendiri saat kita kuliah bersama teman-teman yang lintas jurusan. Disitu kadang kelihatan cara pandangnya yang berbeda-beda dan itu asyik.
Apalagi kalau ada peserta kuliah yang sedap dipandang mata hahaha. Bosen kali lihatnya anak Matematika terus. Apalagi semester ini. Ilfan lagi, Fetra lagi, Dimi lagi, Taufiq lagi, Hosanna lagi. Hmm -.-"
Di kelas Osling kemarin lumayan sih anak Ose sama anak Elektro ada yang ganteng. Semester lalu juga, alhamdulillah pas ambil matkul manajemen ada pemandangan seger juga di antara gerombolan anak Penerbangan sama Elektro *timpuksendal*
Nggak ding. Mumpung ada kuliah lapangannya sebenarnya. Kan seru. Mana ada anak Matematika ITB kuliah lapangan? Dan, 25-26 Mei 2015 adalah jadwal kulap kami.
Dini hari itu, kami berangkat ke Muara Angke untuk kemudian menyeberang ke pulau Pramuka. Bye, ITB, bye, KAA, bye, Bandung yang super ramai weekend itu.

Yah, namanya kuliah lapangan pasti ada modul-modul yang harus dikerjakan. Dan pada kulap ini ada 5 modul yang disiapkan.
Modul Pengukuran Garis Pantai, modul Mangrove, modul Sampah, modul Kualitas Air Laut, dan modul Wawancara. Aku sih malas cerita detailnya, yang jelas walaupun panas, kami tetap semangat.


Berhubung peserta matkul ini banyak, jadi beberapa kelompok baru bisa menyelesaikan modulnya pada 26 pagi. Tapi karena asistennya yahud dan bisa diajak bekerja sama, kami bisa bekerja lebih cepat dan alhasil semua kelompok berhasil menyelesaikan modulnya dalam sehari.
Kelompok terakhir selesai sekitar 17.20 dan itu kelompokku.
Kenapa terakhir? Karena modul terakhir kami adalah modul Kualitas Air Laut, yang prosesnya memang cukup lama dan kami juga harus membersihkan alatnya juga (ini alat termahal yang pernah aku pegang, namanya Horiba, harganya 200 juta, wew)
Hari itu, aku akhiri dengan mengejar sunset yang malah tertutup awan, kemudian malam mingguan di dermaga bersama para mathematician *weiss*

Cuaca nampak tidak mendukung malam itu, kami yang tadinya berniat duduk-duduk sambil bercerita dan mendengarkan ombak akhirnya malah duduk-duduk sambil menghitung kilat dan petir di langit.
Dan benar saja, tidak lama setelah kami kembali ke penginapan, hujan turun.
But that's okay, setidaknya hujan malam itu menambah nyenyak tidur kami yang kelelahan setelah seharian menyusuri pantai menghitung pH air, salinitas, memungut sampah, dsb di bawah panas matahari yang menyengat pulau kecil itu.

Paginya aku terbangun pukul 05.05 dan merasa aneh karena belum ada satu pun orang yang bangun (merasa rajin sekali-kali). Usai solat dan membangunkan cindy, aku meluncur keluar, mengejar sunrise meskipun tahu bahwa aku terlambat.

No problem. Langitnya tetap bagus. Hawanya tetap segar. Dan yang paling penting aku menikmati suasana tersebut.
Ternyata tidak jauh dari tempatku Nidya dan Udin sudah duduk-duduk di tepi pantai. Berarti aku salah kira, bukan belum ada yang bangun tapi yang bangun duluan langsung cabut hunting sunrise. Tidak lama kemudian Cindy dan AK menyusulku, telat sekalii, matahari sudah tinggi hahaha. Akhirnya foto-foto aja deh. Cindy ternyata ambil foto candid aku, foto galau of the month

Dan pagi itu teman-teman berencana menyeberang ke pulau sebelah untuk diving dan snorkeling, tapi karena renang pun aku tidak bisa, aku memilih tetap di tempat, beres-beres, lalu memutari pulau Pramuka sambil jajan-jajan.


Sekitar pukul 10 kapal yang akan kami tumpangi sudah merapat di dermaga. Setelah teman-teman kembali, kami naik kapal. Kembali ke Bandung dan menyambut minggu terakhir perkuliahan semester genap :)

Oiya, btw, selama pulang dan pergi di kapal, aku tidak duduk bersama Cindy AK lho. Aku memilih di dekat Eve dan Ferdy, pas berangkat malah dekat Alfred juga (pusing sih sama anak ini tapi cerewetnya lucu), kami duduk bersama gerombolan anak-anak Oseanografi.
And you know what. Ada anak yang kocak habis. Kebetulan dia sekelompok denganku juga.
Anak ini badannya agak besar, susah bilang 'R' dan kalau ngomong banyol abis. Di kapal, tanpa ngeliatin cukup denger suaranya aja aku ngga bisa tahan ketawa. Kalau sambil dilihatin, omaigat, dia Uus versi gendut dan ngga botak mungkin. Kalau Ferdy sih nyebutnya 'TV nya kak Dian' hahaha.
Bayangin deh. Pulang pergi dekat dia, selama kulap sekelompok juga. Aku bukan capek gara-gara kulapnya, capek ketawa iya.
Untung kami beda bis, bisa-bisa perutku kaku sampai di Bandung. Aku satu bis dengan Cindy AK (emang geng nih).
Dan satu hal kocak lagi, kami semua tahu AK bermasalah dengan alat transportasi selain sepeda motor. Alhamdulillah sih pas berangkat sehat, pulang juga di kapal masih oke, tapi di bis dia muntah.
And you know what? Muntahnya pas udah nyampe Pelesiran. Elah, ini beberapa meter juga udah sampe kampus kali. Muntahnya ngga elegan si AK.

Yah begitulah kulap pertama dan terakhirku selama S1 di ITB. Kacau sih tapi seruuu.

Sabtu, 13 Juni 2015

Maaf Nyampah

Kalau mau menyepi, jangan setengah-setengah, Dian.
Aku mungkin seharusnya benar-benar lepas diri dari segala media sosial.
Agar tidak perlu tahu ada berita apa di kota perantauan sana.
Agar bisa tenang menyegarkan pikiran dan mengontrol emosi.

Baru juga sampai rumah, baru juga berniat tersenyum lagi, kenapa sudah harus mendengar kabar tidak enak kembali?
Memang ada bahagianya juga kabar ini, tapi nyesek nya lebih..
Apalagi aku jadi mulai su'uzan dan berpikir tidak-tidak.
Astagfirullah.. Sesusah inikah yang namanya ikhlas, ya Allah?

Jumat, 12 Juni 2015

Masih Kuat? Masih :)

5 hari yang lalu, 7 Juni 2015. Seleksi IMC selesai dan aku gagal. Hahaha. Ternyata tahun lalu adalah ONMIPA dan IMC pertama sekaligus terakhirku.
I don't know, it seems like many things are not going well this year.
2015 baru berjalan setengahnya tapi sudah banyak keluh dan air mata keluar. Hmm..

Kabar baiknya adalah, 4 dari 7 wakil Indonesia tahun ini merupakan anak ITB (yeah, sekali-kali arogansi) dan meskipun aku tidak bisa menebak apa yang terjadi nanti, aku optimis ITB akan membawa setidaknya second prize nantinya (amiin insya Allah).
Semangat Kahfi, Ucup, Brilly, Afif..
Terutama 2 sohib ini, Brilly dan Mas Apip. Get your best, guys :D
Habis itu, seperti rencana, kita wisuda bareng-bareng (masih lama sih Oktober).

Kembali ke tahun ini. Tahun yang hmm.. Entahlah.. Semester ini kacau sekali (as I wrote before).
Kesehatanku juga kacau sekali, semester ini semester paling banyak bolos karena sakit dan sakitnya tidak seringan biasanya. Alhamdulillah sekarang baik-baik saja, aku lebih jaga diri deh biar nggak kumat-kumat lagi.
Dan semester ini juga semester paling galau, galau soal masa depan tentunya.
Kerja dulu? Tapi mau daftar kemana? Dimana-mana yang diincar statistik dan keuangan. Da aku mah anti dua-duanya *lemah*.
S2 dulu? Memang mau lanjut kemana? Ambil apa?
Atau nganggur dulu? Tapi aku butuh pemasukan..
Alhasil, TA nya dipelan-pelanin sembari mencari titik terang (ampun pak dosbing, ampun, bapak jangan susah-susah ditemui ya pak meskipun sudah jadi dekan *ciyee* ).

Bicara tentang tahun ini dan hal-hal yang 'hmm' ini pasti tidak akan lepas dari menangis.
Well, I cried. Again and again. Terakhir ya tanggal 7 itu, sampai tanggal 8 sepertinya. Kalau masalah 'tidak lolos' nya sih aku sudah legowo. 7 manusia terpilih itu memang kemampuannya di atasku, jadi aku sadar diri. Makanya nangisnya bukan setelah pengumuman banget. Melainkan beberapa jam kemudian. Setelah telpon rumah dan packing barang-barang. Kebetulan di antara peserta seleksi memang hanya ada satu perempuan, jadi aku sendirian di kamar. Nyesek dikit, melow dikit, langsung nangis.

Kenapa nyesek? Ya nyesek aja sadar mimpi yang dipendam bertahun-tahun pada akhirnya tidak tergapai juga meski sudah berusaha hingga kesempatan terakhir.
Bertahun-tahun kuliah, coba kompetisi sana-sini, medali aja nggak pernah dapet.
Ditambah lagi adek mau masuk SMA, kalau biaya kurang nggak ada jaga-jaga nih hehehe (duit mulu pikirannya).
Mana aku masih merasa masa depanku suram kan? Nah loh, numpuk numpuk numpuk, nangis deh.
Dan ini memecah rekor terlama aku menangis. 2,5 jam. Wow. Dari 23.00-an sampai 01.30-an.
Keren ya? Sembab sembab sono. Untung paginya pulang dari hotel diantar Brilly, ketutup helm. Coba naik angkot? Kan malu sama ibu-ibu yang seangkot (ya bisa jadi teteh-teteh atau bapak-bapak juga ding).

Dan sekarang aku di rumah. Mau bercengkerama bersama orang-orang tercinta dulu. Sambil ngerjain TA kok, tenang saja. Kalau di Bandung aku agak nggak beres soalnya, males euy, tidur terus (kalau di rumah ada ibu yang omelin), boros lagi makanan serba mahal (di rumah makan gratis, jajan juga masih terjangkau).
Jadi, aku mengasingkan diri di rumah dulu ya sampai tanggal 22.
Anybody need to see me?
Tunggu tanggal 23, aku available di Bandung, atau kalau mau sih sini ke rumah, aku available di rumah sebelum tanggal itu :)

Tahun ini berat. Tahun ini membingungkan. Tapi aku punya pilihan apa selain berusaha melewati semuanya dan menganggap semua baik-baik saja?
Sudah lelah menangis, sudah lelah minum obat terus, sudah lelah merasa nggak ada teman berbagi.
Saatnya cengingisan dan haha hihi lagi.
Dian sehat. Dian kuat. Dian mandiri.
Semangaaaat !!