Laman

Selasa, 15 Desember 2015

October Always Means Happiness for Me

Kembali ke bulan Oktober..

Oktober selalu menyenangkan untukku. Kenapa?
Ya karena selama ini banyak unforgettable memories yang tercipta di bulan tersebut. Meskipun memang ada seupil hal lain yang mungkin agak mengganggu (lalu munculah si "tutup buku" itu), tapi yang namanya upil mah pasti hilang juga :p (benda kecil banyak tapi kenapa upil banget ya? Hahaha)

Dan oktober tahun ini, yang paling istimewa adalah wisudaaaa.

Akhirnya aku dan kawan-kawan seperbimbingan wisuda bersama. Rasanya ospek banget:
masuk bersama
keluar bersama
lewat sabuga!
Terima kasih atas segala dukungan, semangat, dan toleransinya kawan.
Aku cewek sendiri di antara kita berlima, tapi kalian tidak pernah meremehkanku. Tetap saja mengingatkan bimbingan, menanyakan progress, menyemangati ngoding, kadang juga jadi pengingat makan dan tidur (bukan baper, cowok-cowok ini cara mengingatkannya agak unusual soalnya, jadi mohon maklum). Kalian bahkan terkadang lebih dosbing daripada dosbing kita sendiri hahaha.
Katanya cewek suka berteman dengan cowok, karena hidupnya no-drama. Pret, apaan.
Fetra noh, lihat, manusia susah move on.
Yoga, manusia yang sok-sok-an mau serius sama cewek tapi ujung-ujungnya putus dan dalam waktu deket udah naksir yang lain lagi, anak ini kalau sudah nempel di kursi karaoke beuh lagunya yang galau-galau (atau dangdut, orang Jawa begitu memang, dangdutan)
Ilfan, yang ini ngeceng cewek tapi sepertinya there's no much progress, ya ketemu di jalan nyapa aja malu, gimana lainnya? Hmmm..
Brilly, yang ini yang paling ngga drama, tapi paling nerd. Hahaha. Jenius soalnya dianya, jadi ya agak-agak gimana gitu.
Sekali lagi terimakasih untuk segalanya, Fetra, Yoga, Ilfan, Brilly. I will miss you all..


Bukan hanya teman-teman seperbimbingan, tetapi alhamdulillah "geng wacana" juga bisa wisuda bersama. Yang ini sih yang sedih. Habis wisuda langsung terasa sepinya. Biasanya ngampus, nongkrong di KBL atau himpunan hanya untuk mengisi waktu bersama. Ngobrol dari awalnya asal-usul Dona bisa sampai cara makan bubur pakai sumpit. Dan tentunya, menghabiskan waktu entah berapa lama dan berapa besar tawa terkuras. Kalau ditulis begini aku jadi agak bingung. Karena terlalu banyak hal di antara kami, sampai bingung sendiri mana yang akan ditulis.
Intinya sih, semoga sukses dengan tujuan dan cita-cita masing-masing.
Cindy, sukses sama kerjanya ya, jangan bolos-bolos, keep sholihah, semoga dengan jodoh yang baik dan seiman cepat dipertemukan, aamiin. Waktu syukuran wisuda HIMATIKA aku agak sedih karena Cindy AK tidak hadir, hanya Akmal. Tapi jadi bahagia karena kalau ada Cindy entah aku akan nangis banjir seberapa lama. Jauh dari seorang Cindy susah ternyata, biasanya kalau nge-random ada partner, but now I'm by myself again.
Akmal, aduh si LPDP awardee ini, belajar yang benar ya di Barcelona, solat juga Mal, kamu orangnya baik banget soalnya, sayang aja ada orang baik tapi solatnya kurang. Kalo udah jadi petinggi BI, jangan songong yaa..
AK, yang satu ini teman ambil kuliah banget, karena ketemu terus, sama-sama anak kombinatorika.. Ka, tambah tua jangan tambah psycho ya, kurang-kurangilah. Makan yang banyak, biar gendut, jadi ngga kebawa angin dan jatuh dari motor lagi pas nyetok barang buat toko .
Aku udah kangen kalian dan masih akan kangen kalian tampaknya. Huhuhu...

Senin, 14 Desember 2015

Terabai. Lagi -.-

Hai blog-ku.. Maaf ya ternyata november kemarin aku kebablasan.
Jadi kosongan deh. Ke-skip, 1 bulan itu ngga nulis apapun.

Tapi ini udah mulai pengen lagi kok. So let's start again.

Doakan semoga runtut kejadian per kejadiannya biar enak dibaca, aamiin.
Selamat menikmati...

Jumat, 23 Oktober 2015

Tutup Buku

Bukan panjang-pendeknya kata yang mampu ilustrasikan rasa.
Bukan pula rima yang menentukan nilai estetika.
Ada yang tersirat di balik rimbunan huruf dan spasi.
Tak berpola, namun sarat makna.
Hanya terasa oleh segelintir insan yang tenggelam menyepi, terlambungkan mimpi, terhunus kenangan pilu, atau tersayat bilah-bilah rindu.

Lembaran buku ini tak penuh terisi.
Pernah ku isi sebentar, lalu ku tutup kembali.
Ku akhiri dengan sebuah titik tanpa spasi.
Berharap mampu membuka buku lain, mengisinya dengan hal yang lebih ceria, lebih berwarna.

Berbagai tulisan terukir, warna tertoreh, sketsa tergambar pada lembaran-lembaran yang terkotak-kotakkan dalam bukuku.
Selalu berusaha mengakhiri satu cerita dengan titik tanpa spasi.
Yang lalu biarlah berlalu, harapku.

Suatu ketika, ku tuliskan seuntai frasa pada sehelai lembar kosong.
Bukan buku baru.
Ini buku usang.
Yang lembarnya kembali ku isi.
Pada paragraf berbeda dan lembar berbeda.

Tak banyak tinta ku goreskan pada lembaran ini.
Kertasnya terlalu kasar, membuat aus ujung penaku.
Memaksanya berhenti.
Pada suatu titik tanpa spasi.

Buku itu ku tutup kembali.
Jikalau harus terisi, semoga tak ada lagi pena yang terlukai.

Waktu berlalu, jemari ini tak henti menari.
Semakin banyak dongeng tercipta, dengan taburan karakter bermacam rupa.
Andai bisa memilih, aku pilih tumpukan buku baru untuk ku isi dengan jutaan kisah yang ingin ku narasikan.
Namun ada yang menarikku kembali.
Ke sebuah buku usang yang pernah ku coba akhiri.
Hendak ku goreskan lembarnya dengan pulpen biasa, tapi tak bisa.
Harus pena yang sama.
Meski curiga cerita ini akan kembali terhenti tiba-tiba, tangan ini tetap bekerja.
Karena ada sesuatu yang terasa, entah apa, sesuatu yang bersembunyi di balik aksara.

Lalu ia terhenti di sebuah koma, dengan spasi, tak diteruskan, pun enggan diselesaikan.
Penaku tak lagi berguna, ia terlanjur luka.

Andai mampu, ingin ku akhiri tulisanku.
Pada sebuah titik.
Tanpa spasi. Tanpa lembar berikutnya.
Agar tak lagi ada cerita, tak lagi ada luka.

Tak mengapa.
Koma tak selalu berarti jeda.
Titik pun tak melulu berhasil mengakhiri.

Untuk sekian kali, buku ini aku tutup lagi.
Semoga tak ada yang menarikku kembali.
Penaku terlanjur rusak, sudah tak bisa kulanjutkan tulisanku.
Kalaupun penaku mampu, mungkin aku tak mau.

Buku ini ku tutup.
Usanglah..
Biar sisa lembarnya habis termakan waktu.
Dan ku lanjutkan tulisanku di buku yang baru,
lembaran baru,
dengan pena yang baru..

Selasa, 22 September 2015

Halaman Favorit

Satu halaman favorit (tentunya setelah Prakata, yang merupakan halaman paling paling paling favorit) dari keseluruhan buku Tugas Akhir yang akhirnya sudah diserahkan kepada staf Tata Usaha Prodi Matematika ITB. 

Satu halaman yang menurut orang lain tidak terlalu penting namun sejak awal sudah direncanakan untuk dituliskan, bahkan sebelum draft keseluruhan disetujui.

Satu halaman yang isinya lebih mewakili kehidupan selama belasan tahun daripada puluhan halaman berikutnya yang merupakan hasil kerja 2 semester terakhir.

Satu halaman yang 2 baris pertamanya merupakan motto hidup yang pertama dikenal. Tanpa tahu quotes siapa. Tanpa tahu bagaimana bunyi aslinya. Hanya tahu bahwa, bapak yang memperkenalkan ini dalam kehidupanku, kehidupan kami.

Jangan protes soal 6 baris terakhir. Memang sengaja ditulis. Oleh diri sendiri, untuk diri sendiri.
Sekali-kali eksis di buku tidak masalah bukan? Toh, buku buatan sendiri :D

Jumat, 14 Agustus 2015

...

Di jalanan ini, mungkin nanti aku kembali berjalan sendiri
Entah kau mendadak berhenti
Entah kau akan mendahului
Entah kau memilih berbelok ke kiri
Dan entah kapan waktunya,
entah di perempatan yang mana
aku kemudian bisa menatapmu lagi
Satu hal yang harus kita sadari,
selagi masih berjalan bersama
seharusnya kita lupakan luka dan mencoba bahagia
Tanpa menduga-duga apakah langkah kita 'kan tetap seirama

Senin, 03 Agustus 2015

Kabut

Masih terus berjalan, jauh berkelana
Lenyapkan kabut-kabut maut
Menindih perih luka dengan lembaran tawa
Berharap bahagia sudi mendampingi
Tapi apa?
Kabut kembali di kala remang
Pekat menikam mata
Membutakan pandang
Melumpuhkan angan
Memaksa diam
Hingga tenggelam
Lalu hilang
Tanpa dikenang.

Minggu, 05 Juli 2015

ADHD? Maybe..

Hai, Juli dataaaang (hayoo kapan sidang, Day?)

Kali ini, aku ingin bercerita tentang ADHD. Sebagai orang yang kurang memperhatikan dunia kesehatan, penyakit, dan kelainan, aku asing sekali dengan istilah ADHD. Bagi yang penasaran, mangga googling. Ada banyak keterangan tentang ADHD disana.
Yang jelas istilah ini baru aku ketahui dari kak Ryan, Ryan Adhriandy, yang mini-mini lucu itu.

Ceritanya aku iseng main ask.fm sejak beberapa bulan lalu, dan dia adalah orang ketiga dari total 20-an orang yang aku follow hahaha. Aku suka sih sama stand up-nya, bahkan aku punya "From Tiny to Funny" :)

Balik lagi ke ADHD. Beberapa hari yang lalu kak Ryan menjawab pertanyaan tentang kenapa kak Ryan jarang kelihatan dan sepertinya sedang 'off' dari salah satu proyeknya.
Dan dia menjawab pertanyaan itu dengan sebuah penjelasan. Yaitu kondisi ADHD, Attention Defisit Hyperactivity Disorder.
Bukan tidak serius melakukan sesuatu sampai selesai, tapi memang ada hal lain yang lebih menarik atensinya dan itu tidak bisa dihindari. Lalu dia bercerita banyak tentang hal itu.

Awalnya aku merasa familiar dengan apa yang aku baca di ask.fm kak Ryan. And guess what? Aku baru ngeh, mirip aku euy, bapakku juga begitu.
Dan bukan cuma aku, tapi saat membaca info lebih lanjut aku langsung berfikir, "ini sih Luqman banget".

Gejala aku sama bapak sih idem. Luqman aja yang faktor H-nya tinggi banget.

Sejak kecil, Luqman super aktif, ada aja kelakuannya.
Sekalinya duduk diam, ngoceh non stop.
Kalau dia diam tenang tanpa suara, itu tidur.
Bahkan dulu saat TK, dia duduk di kantor kepala sekolah sambil ngobrol dengan beliau, saking senengnya jalan-jalan kalau di kelas.

Dan mulai SD sampai saat ini, dia males banget yang namanya belajar. Tapi rajin kalau berangkat KIR.
Biologi dia jelek pol, tapi dialog di kartun Spongebob, Upin Ipin dan Boboiboy dia hafal.

Luqman punya hobi yang berganti-ganti.
Dulu dia suka menggambar, tembok rumah kami penuh coretan.
Pernah juga memasak. Ibu sering bingung kenapa telur, kecap, mie cepat sekali habis, ternyata dia pelakunya.
Pernah juga belajar stand up comedy, gara-gara koleksi DVD stand up ku aku bawa pulang. Tapi ini hanya bertahan sampai dia niru beberapa comic doang, belum sampai buat bit sendiri.
Setahun terakhir dia tergila-gila sama gitar. Udah lumayan mainnya sekarang, sudah jago main kunci yang susah.
Dan yang terakhir aku tahu, dia sedang belajar photoshop.

Dia suka ngulik, apa-apa dibongkar, tapi tidak pernah dibereskan. Ujung-ujungnya rusak semua.
Itu terjadi berulang kali seperti tidak bisa dihentikan. Keluarga kami yang tidak pernah tahu ADHD pada akhirnya men-cap Luqman bandel, nakal dan tidak bisa diatur.
Karena ketidaktahuan ini, kami justru sering memarahinya dan melarang dia melakukan hal yang dia suka. Dan ini salah.

Aku tahu ada hal yang berbeda dari dia. Tapi aku tidak tahu apa itu dan bagaimana mengatasi itu.
Kadang aku hanya bisa sedih karena takut adikku tidak bisa berkembang sebagaimana teman-temannya yang lain.
But now I know better. Thanks for the information, kak Ryan.

Kalau kata kak Ryan sendiri, ADHD ini seperti kuda liar. Pilihannya adalah dengan mengekangnya berharap dia akan se-'normal' kuda peliharaan atau biarkan dia bebas berlari tetapi pantau pergerakannya.
And he choose the second one.
Aku setuju sih. Tidak seharusnya kami mengekang adikku yang keinginan dan imajinasinya liar. Adikku semakin bandel lho sejak masuk SMP (bandel menurut kami), pelajarannya di sekolah juga tidak seperti dugaanku dan aku pikir ini akibat terlalu dikekang.
Setelah ini aku akan berkonsultasi dengan orang tuaku. Aku harap mereka juga setuju denganku. Aku cuma ingin melihat adikku mengikuti jalannya sendiri dan menemukan cara belajarnya sendiri.
I just love him, what else can I do?

Kalau aku sendiri yang parah di bagian distraksi. Susah menyelesaikan sesuatu tepat waktu. Kurang bisa fokus saat mengerjakan sesuatu berjangka waktu panjang.
Apalagi pas olimpiade, wuh 4 jam harus fokus itu susah, paling lama 2 jam aku bisa karena memang dibiasakan (dulu susah juga sih), lebih dari itu harus ada refreshingnya.
Btw, ini beda aku dan adikku, aku anaknya cukup 'patuh' dan bisa 'dibiasakan', adikku sebaliknya.

Kembali lagi ke distraksi, kalau olim 4 jam, mulai jam ketiga aku mulai mainan pensil, lihat-lihat kanan kiri.
Bahkan jaman SMP, pas pelajaran, setelah 20-an menit aku sibuk melubangi meja dengan jangka, melempari buletan kertas kecil-kecil ke rambut teman yang keriting, atau main pesan berantai dengan teman sebelah.
Kalau SMA kan jarang sekolah, kalaupun sekolah aku duduk pojokan kalau mulai bosen paling nulis-nulis.
Kalau kuliah ya paling gambar-gambar (binderku isinya gambar dan coretan, catetannya sedikit), coretin tangan Fetra Ilfan atau Tamaro, tendang-tendang kursi orang di depanku, ngeliatin orang lewat, merhatiin pucuk pohon dari jendela kelas, dsb.

Ada lagi, aku pikir aku hanya sekedar deadliner yang malas mengerjakan tugas (walaupun banyak juga yang selesai jauh sebelum deadline).

Aku selalu bilang, "Bentar deh, belum mood". Sepertinya kata 'mood' ini yang aku maksudkan dengan ketertarikan.
Sekedar cerita, setiap kali aku mencoba melakukan apa yang 'seharusnya' dilakukan, tiba-tiba ada hal yang lebih menarik dan membuatku melakukannya saat itu juga.

Contohnya,

pernah aku berniat merombak kamar kos, baru juga mulai nyapu, tiba-tiba denger lagu enak dari kamar sebelah, langsung ambil HP, download lagunya, cari chordnya, main gitar lagu itu lalu lihat lampu mulai kedip-kedip lalu ke indomart beli lampu lalu menggantinya dan ujung-ujungnya berakhir dengan mencoba model kerudung di youtube (jauh ya?),

pernah juga berniat mengerjakan presentasi dengan latex (dan pada saat itu aku belum ngerti pake latex padahal deadline malam itu juga) lalu tiba-tiba pengen McFlurry akhirnya aku bela-belain ke McD cuma beli eskrim dan balik lagi ke kosan.

Lalu kenapa harus deadliner? Catatan, deadliner hanya untuk hal yang nggak disuka.
Ya karena ngga bisa dipaksa (kecuali ujian, ujian itu, sekali lagi, adalah hal yang terpaksa kita lakukan dan itu dibiasakan sejak SD, jadi kalau ujian ya bisa-bisa aja dipaksa),
tapi ketika J-sekian, hawanya bukan hawa tugas lagi, hawanya hawa ujian. Makanya dipaksa oke-oke aja.
Tapi kalau aku suka, mau deadline sebulan lagi juga aku bisa-bisa aja selesaikan dalam sehari. Namanya juga suka.

Buatku, tidak ada masalah sih gejala ADHD selama itu tidak mengganggu. Well, mungkin akan tetap ganggu tapi selama bisa diatasi, aku pikir bukan masalah besar.
Toh itu membantu dalam beberapa hal.
Seneng kali bisa tahu banyak hal, disaat orang lain terpaku sama satu doang. Walaupun, yeah, ngga ahli, sekedar tahu dan bisa, kemudian ketertarikan itu hilang gitu aja.

Believe me, aku suka banget matematika dan aku suka banget ngajar. Tapi bukan berarti aku freak dan ngga bisa apa-apa selain itu.
Aku belajar banyak hal, aku pernah menari (tradisional tentunya), nge-dance (tapi ngga jadi masuk Infinity), menyanyi pop jazz klasik campursari dangdut keroncong nasyid, main seruling, peking, saron, gitar, angklung (tapi ngga ke KPA karena kaderisasinya lama), nulis puisi, menjahit, menyulam, bikin boneka, menggambar, melukis, make-up, fotografi, tata busana, origami, paperart, benerin colokan listrik, bongkar radio, bongkar tv, apalagi ya? Hahaha.

Yang jelas, it's fun and I enjoy it. Hope my brother would be like that too.

Kamis, 25 Juni 2015

Kuliah Lapangan Oseanografi

25 Juni 2015, dini hari. Tepat sebulan yang lalu aku sedang berada di gerbang depan kampus, balapan menghabiskan kwetiau dengan Mufri karena dari anak matematika yang ada disana hanya kami yang belum makan.
Sebelumnya, aku sebutkan dulu anak matematika yang ada di TKP.

Dari angkatan 2012 ada Alfred (si kokoh rempong), Ferdy (kokoh berkaki SNSD, aku ngefans banget sama kakinyaaa), Udin (iya, Udin si anak rese' yang papinya dosen analisis itu, papinya baik tapi alhamdulillah) dan Evellyn (rempongnya sejenis sama Alfred, and unfortunately dia satu kelompok denganku).

Angkatan 2013 ada Levina (Le irit banget ngomongnya), Nidya (pacarnya Udin), dan Jaenuri (Jae mah, hmm, no comment, lieur urang).

Dan dari angkatanku ada Mufri (manusia tegap, berotot, pecinta alam, pendaki gunung pelewat lembah, yang kameranya kereeen, like di IG nya sampai ratusan huaaa :o ), Haje (kokoh skinny boy cem-cem Ferdy, kalau sama Mufri ngga bisa akur), dan tentunya Cindy, AK dan aku, coba ada Akmal sekalian, wuh 'geng wacana' komplit deh.

Ceritanya, kami ber-12 ini adalah peserta matkul Oseanografi Lingkungan dari jurusan Matematika.
Sebenarnya aku sudah mengambil matkul lingkungan di semester 2 yaitu Astronomi Lingkungan. Tapi berhubung penasaran dengan yang ini, apa salahnya diambil?
Ada pengalaman tersendiri saat kita kuliah bersama teman-teman yang lintas jurusan. Disitu kadang kelihatan cara pandangnya yang berbeda-beda dan itu asyik.
Apalagi kalau ada peserta kuliah yang sedap dipandang mata hahaha. Bosen kali lihatnya anak Matematika terus. Apalagi semester ini. Ilfan lagi, Fetra lagi, Dimi lagi, Taufiq lagi, Hosanna lagi. Hmm -.-"
Di kelas Osling kemarin lumayan sih anak Ose sama anak Elektro ada yang ganteng. Semester lalu juga, alhamdulillah pas ambil matkul manajemen ada pemandangan seger juga di antara gerombolan anak Penerbangan sama Elektro *timpuksendal*
Nggak ding. Mumpung ada kuliah lapangannya sebenarnya. Kan seru. Mana ada anak Matematika ITB kuliah lapangan? Dan, 25-26 Mei 2015 adalah jadwal kulap kami.
Dini hari itu, kami berangkat ke Muara Angke untuk kemudian menyeberang ke pulau Pramuka. Bye, ITB, bye, KAA, bye, Bandung yang super ramai weekend itu.

Yah, namanya kuliah lapangan pasti ada modul-modul yang harus dikerjakan. Dan pada kulap ini ada 5 modul yang disiapkan.
Modul Pengukuran Garis Pantai, modul Mangrove, modul Sampah, modul Kualitas Air Laut, dan modul Wawancara. Aku sih malas cerita detailnya, yang jelas walaupun panas, kami tetap semangat.


Berhubung peserta matkul ini banyak, jadi beberapa kelompok baru bisa menyelesaikan modulnya pada 26 pagi. Tapi karena asistennya yahud dan bisa diajak bekerja sama, kami bisa bekerja lebih cepat dan alhasil semua kelompok berhasil menyelesaikan modulnya dalam sehari.
Kelompok terakhir selesai sekitar 17.20 dan itu kelompokku.
Kenapa terakhir? Karena modul terakhir kami adalah modul Kualitas Air Laut, yang prosesnya memang cukup lama dan kami juga harus membersihkan alatnya juga (ini alat termahal yang pernah aku pegang, namanya Horiba, harganya 200 juta, wew)
Hari itu, aku akhiri dengan mengejar sunset yang malah tertutup awan, kemudian malam mingguan di dermaga bersama para mathematician *weiss*

Cuaca nampak tidak mendukung malam itu, kami yang tadinya berniat duduk-duduk sambil bercerita dan mendengarkan ombak akhirnya malah duduk-duduk sambil menghitung kilat dan petir di langit.
Dan benar saja, tidak lama setelah kami kembali ke penginapan, hujan turun.
But that's okay, setidaknya hujan malam itu menambah nyenyak tidur kami yang kelelahan setelah seharian menyusuri pantai menghitung pH air, salinitas, memungut sampah, dsb di bawah panas matahari yang menyengat pulau kecil itu.

Paginya aku terbangun pukul 05.05 dan merasa aneh karena belum ada satu pun orang yang bangun (merasa rajin sekali-kali). Usai solat dan membangunkan cindy, aku meluncur keluar, mengejar sunrise meskipun tahu bahwa aku terlambat.

No problem. Langitnya tetap bagus. Hawanya tetap segar. Dan yang paling penting aku menikmati suasana tersebut.
Ternyata tidak jauh dari tempatku Nidya dan Udin sudah duduk-duduk di tepi pantai. Berarti aku salah kira, bukan belum ada yang bangun tapi yang bangun duluan langsung cabut hunting sunrise. Tidak lama kemudian Cindy dan AK menyusulku, telat sekalii, matahari sudah tinggi hahaha. Akhirnya foto-foto aja deh. Cindy ternyata ambil foto candid aku, foto galau of the month

Dan pagi itu teman-teman berencana menyeberang ke pulau sebelah untuk diving dan snorkeling, tapi karena renang pun aku tidak bisa, aku memilih tetap di tempat, beres-beres, lalu memutari pulau Pramuka sambil jajan-jajan.


Sekitar pukul 10 kapal yang akan kami tumpangi sudah merapat di dermaga. Setelah teman-teman kembali, kami naik kapal. Kembali ke Bandung dan menyambut minggu terakhir perkuliahan semester genap :)

Oiya, btw, selama pulang dan pergi di kapal, aku tidak duduk bersama Cindy AK lho. Aku memilih di dekat Eve dan Ferdy, pas berangkat malah dekat Alfred juga (pusing sih sama anak ini tapi cerewetnya lucu), kami duduk bersama gerombolan anak-anak Oseanografi.
And you know what. Ada anak yang kocak habis. Kebetulan dia sekelompok denganku juga.
Anak ini badannya agak besar, susah bilang 'R' dan kalau ngomong banyol abis. Di kapal, tanpa ngeliatin cukup denger suaranya aja aku ngga bisa tahan ketawa. Kalau sambil dilihatin, omaigat, dia Uus versi gendut dan ngga botak mungkin. Kalau Ferdy sih nyebutnya 'TV nya kak Dian' hahaha.
Bayangin deh. Pulang pergi dekat dia, selama kulap sekelompok juga. Aku bukan capek gara-gara kulapnya, capek ketawa iya.
Untung kami beda bis, bisa-bisa perutku kaku sampai di Bandung. Aku satu bis dengan Cindy AK (emang geng nih).
Dan satu hal kocak lagi, kami semua tahu AK bermasalah dengan alat transportasi selain sepeda motor. Alhamdulillah sih pas berangkat sehat, pulang juga di kapal masih oke, tapi di bis dia muntah.
And you know what? Muntahnya pas udah nyampe Pelesiran. Elah, ini beberapa meter juga udah sampe kampus kali. Muntahnya ngga elegan si AK.

Yah begitulah kulap pertama dan terakhirku selama S1 di ITB. Kacau sih tapi seruuu.

Sabtu, 13 Juni 2015

Maaf Nyampah

Kalau mau menyepi, jangan setengah-setengah, Dian.
Aku mungkin seharusnya benar-benar lepas diri dari segala media sosial.
Agar tidak perlu tahu ada berita apa di kota perantauan sana.
Agar bisa tenang menyegarkan pikiran dan mengontrol emosi.

Baru juga sampai rumah, baru juga berniat tersenyum lagi, kenapa sudah harus mendengar kabar tidak enak kembali?
Memang ada bahagianya juga kabar ini, tapi nyesek nya lebih..
Apalagi aku jadi mulai su'uzan dan berpikir tidak-tidak.
Astagfirullah.. Sesusah inikah yang namanya ikhlas, ya Allah?

Jumat, 12 Juni 2015

Masih Kuat? Masih :)

5 hari yang lalu, 7 Juni 2015. Seleksi IMC selesai dan aku gagal. Hahaha. Ternyata tahun lalu adalah ONMIPA dan IMC pertama sekaligus terakhirku.
I don't know, it seems like many things are not going well this year.
2015 baru berjalan setengahnya tapi sudah banyak keluh dan air mata keluar. Hmm..

Kabar baiknya adalah, 4 dari 7 wakil Indonesia tahun ini merupakan anak ITB (yeah, sekali-kali arogansi) dan meskipun aku tidak bisa menebak apa yang terjadi nanti, aku optimis ITB akan membawa setidaknya second prize nantinya (amiin insya Allah).
Semangat Kahfi, Ucup, Brilly, Afif..
Terutama 2 sohib ini, Brilly dan Mas Apip. Get your best, guys :D
Habis itu, seperti rencana, kita wisuda bareng-bareng (masih lama sih Oktober).

Kembali ke tahun ini. Tahun yang hmm.. Entahlah.. Semester ini kacau sekali (as I wrote before).
Kesehatanku juga kacau sekali, semester ini semester paling banyak bolos karena sakit dan sakitnya tidak seringan biasanya. Alhamdulillah sekarang baik-baik saja, aku lebih jaga diri deh biar nggak kumat-kumat lagi.
Dan semester ini juga semester paling galau, galau soal masa depan tentunya.
Kerja dulu? Tapi mau daftar kemana? Dimana-mana yang diincar statistik dan keuangan. Da aku mah anti dua-duanya *lemah*.
S2 dulu? Memang mau lanjut kemana? Ambil apa?
Atau nganggur dulu? Tapi aku butuh pemasukan..
Alhasil, TA nya dipelan-pelanin sembari mencari titik terang (ampun pak dosbing, ampun, bapak jangan susah-susah ditemui ya pak meskipun sudah jadi dekan *ciyee* ).

Bicara tentang tahun ini dan hal-hal yang 'hmm' ini pasti tidak akan lepas dari menangis.
Well, I cried. Again and again. Terakhir ya tanggal 7 itu, sampai tanggal 8 sepertinya. Kalau masalah 'tidak lolos' nya sih aku sudah legowo. 7 manusia terpilih itu memang kemampuannya di atasku, jadi aku sadar diri. Makanya nangisnya bukan setelah pengumuman banget. Melainkan beberapa jam kemudian. Setelah telpon rumah dan packing barang-barang. Kebetulan di antara peserta seleksi memang hanya ada satu perempuan, jadi aku sendirian di kamar. Nyesek dikit, melow dikit, langsung nangis.

Kenapa nyesek? Ya nyesek aja sadar mimpi yang dipendam bertahun-tahun pada akhirnya tidak tergapai juga meski sudah berusaha hingga kesempatan terakhir.
Bertahun-tahun kuliah, coba kompetisi sana-sini, medali aja nggak pernah dapet.
Ditambah lagi adek mau masuk SMA, kalau biaya kurang nggak ada jaga-jaga nih hehehe (duit mulu pikirannya).
Mana aku masih merasa masa depanku suram kan? Nah loh, numpuk numpuk numpuk, nangis deh.
Dan ini memecah rekor terlama aku menangis. 2,5 jam. Wow. Dari 23.00-an sampai 01.30-an.
Keren ya? Sembab sembab sono. Untung paginya pulang dari hotel diantar Brilly, ketutup helm. Coba naik angkot? Kan malu sama ibu-ibu yang seangkot (ya bisa jadi teteh-teteh atau bapak-bapak juga ding).

Dan sekarang aku di rumah. Mau bercengkerama bersama orang-orang tercinta dulu. Sambil ngerjain TA kok, tenang saja. Kalau di Bandung aku agak nggak beres soalnya, males euy, tidur terus (kalau di rumah ada ibu yang omelin), boros lagi makanan serba mahal (di rumah makan gratis, jajan juga masih terjangkau).
Jadi, aku mengasingkan diri di rumah dulu ya sampai tanggal 22.
Anybody need to see me?
Tunggu tanggal 23, aku available di Bandung, atau kalau mau sih sini ke rumah, aku available di rumah sebelum tanggal itu :)

Tahun ini berat. Tahun ini membingungkan. Tapi aku punya pilihan apa selain berusaha melewati semuanya dan menganggap semua baik-baik saja?
Sudah lelah menangis, sudah lelah minum obat terus, sudah lelah merasa nggak ada teman berbagi.
Saatnya cengingisan dan haha hihi lagi.
Dian sehat. Dian kuat. Dian mandiri.
Semangaaaat !!

Kamis, 28 Mei 2015

ITB Juara :D

Hai hai. Pengumuman nih, tadi malam pengumuman ONMIPA 2015 diselenggarakan. And guess what? ITB juara umum lagi dong. Alhamdulillah.. Kalian super kece, teman-teman. Btw, ini post nya si Tamaro di instagram..

Dari 8 peserta bidang Matematika, 5 orang mendapat medali. Dugaanku 6 sih, meleset sedikit. Tapi tidak apa-apa, itu tetap luar biasa.

Turut bahagia dengan kabar gembira ini. Selamaaat, sukses terus semuanya. Buat yang medalis matematika, ayo semangat seleksi IMC nya. Aku nggak mau kalah sama kalian :)

Minggu, 24 Mei 2015

It Was Your Birthday, Right?

Bagiku kau seperti bayangan.
Meski seringkali lenyap dalam gelap, namun hadirmu buatku yakin aku tak sendiri di tengah teriknya hari

Happy birthday, Big Boy.. Maaf terlambat.
Semoga umurnya diberkahi Allah, urusannya dilancarkan, dan tetap jadi orang baik hati, amiin.
Wherever you are, whatever you do, jangan lupa makan, jangan lupa istirahat, jangan lupa ibadah dan jangan lupa kabari orang tua.
Hey, kau, satu-satunya orang yang bisa mengalahkan gengsiku (meski tidak selalu), aku hanya ingin menutup pesan ini dengan.. Aku kangen, dan aku masih disini masih menunggumu :)

Senin, 18 Mei 2015

My Third HM

Hari ini OSN 2015 tingkat SMA dimulai lho, jadi ingat jaman muda *weiisss*. Terus sedih kalau lihat sekarang. Aaaah, cupuuu, Dian cupuuu. Dulu keren deh aku *memuji diri sendiri, biarin ah, nggak ada yang muji sih*, kok sekarang begini ya? Mana nggak diikutin ONMIPA lagi, medali hanyalah angan :(

Bulan lalu, tepatnya 21 April, hasil ONMIPA regional diumumkan, dan.. Tidak ada namaku. Padahal kalau dilihat di buku panduan tahun ini seharusnya masih ada namaku dan Anto, tapi nihil. Terus sediiihh, kan pengen jalan-jalan *salah fokus*. Lumayan refreshing.. Sambil pemanasan buat seleksi IMC, biar terbiasa lihat soal begituan lagi. Apalagi tahun lalu, di ONMIPA aku dapatnya HM (iya, HM, yang selisih skornya sama perunggu cuma 1 poin itu, nyesek ya? Hahaha) Kan pengen dapat medali sekali-kali. Kalaupun bisa ikut IMC lagi (amiin ya Allah, amiin) dapat medalinya susaah euy huhuhu.. Yah sudahlah, doakan saja di seleksi IMC nanti lancar dan bisa ikut IMC lagi, amiin.

Hari itu, karena sedih dan pundung, akhirnya aku berusaha cari pelampiasan. Mengingat ada 2 film inceran yang belum ditonton, aku tancap gas ke BIP, maraton aja mumpung ada waktu.

Tadinya berniat nonton sama Cindy tapi jadwal kosong kami susah disatukan, mana kadang aku tiba-tiba gantiin ngajar les, tambah susah. Daripada wacana, mending sendiri yang penting kesampean. Maaf ya, Ciinn.. Nah bodohnya aku, aku nonton bulan di atas kuburan belakangan. Niat awal cari hiburan, pulang-pulang malah kebawa sedih sampe kosan -_-" Tapi sedih ini tidak berlangsung lama, karena ada kabar baik yang menghibur yaitu hasil MCM-ICM.

Bulan Februari lalu, aku mengikuti lomba pemodelan, namanya MCM (Mathematical Contest in Modeling), kalau yang satu namanya ICM (Interdisciplinary Contest in Modeling). Namanya juga pemodelan, tentunya di awal kami diberikan beberapa permasalahan yang bisa dipilih untuk kemudian dibuat model penyelesaiannya dan paper yang menjelaskan tentang model itu. Yang penasaran detilnya, bisa buka web nya . Untuk menyelesaikan model ini kami diberi waktu 4 hari (atau 5? Ya kira-kira segitu lah). Agar kami fokus mengerjakan tugas kami, kami dianjurkan menginap di kampus. Ada 5 ruangan di Labtek III (gedung Matematika) yang dikosongkan yang dapat digunakan sebagai 'tempat bekerja' kami, yang jika malam mulai larut berubah menjadi tempat tidur. Masalah makanan, jangan khawatir, terjamin kok, melimpah bahkan hahaha.

Tahun ini ITB mengirim 5 tim. Sebelumnya, ada beberapa tim yang berminat tapi setelah diseleksi, 5 tim ini yang terpilih. Dari 5 tim ini, 3 tim berasal dari angkatanku, sebut saja Tim Statistik (Stella, Tria, Caca), Tim Diskrit (Dimi, Fetra, aku) dan Tim Cina (Davin, Leo, Yohans). 2 tim sisanya dari angkatan 2012, sebut saja Tim Hijab (Eva, Desi, Nurul) dan Tim Smart (Selly, Elsa, Gope).
Kalau malam tiba, aku dan Gope berkeliaran mengungsi ke ruangan tetangga untuk numpang tidur. Sedih memang.. Tapi serunya, berhubung saat itu weekend, ITB sepiii, rasanya kami yang berkuasa jadinya :D

Kembali ke pemodelan. Di hari pertama kami memilih problem dan mulai corat-coret menentukan apa yang harus dilakukan. Akhirnya, 4 tim memilih MCM, dimana tim statistik dan diskrit memilih problem B (tentang pencarian pesawat hilang) dan tim hijab dan smart memilih problem A (penanggulangan ebola). Sisanya, tim Cina (habis isinya kokoh-kokoh semua) memilih ICM yaitu problem C.

Hari pertama dan kedua suraaam. Ini 5 tim kerjaannya sama, kalau pusing langsung keluar ruangan cari makanan atau gangguin tim lain. Aku sukanya gangguin tim statistik, ngeriweuhin Stella atau ngusilin Tria. Tapi pas balik ke ruangan sendiri sudah ada kokoh-kokoh yang ngajakin ngomongin orang (itu lho, ibu penghuni ruangan sebelah). Kalau bukan ngomongin orang, mereka ngomongin yang enggak-enggak. Tahu kan pembicaraan lelaki? Dan tiap kali aku ehem-ehem, mereka cuma bilang, "selow lah, Sito ini, nggak papa kalau dia yang denger, kalau sama cewek baru malu". Lhah, gender-ku disamakan ternyata. Kalau nggak, sudah ada Gope, tidur-tiduran di kasur yang dipakai tidur Dimi (ini kasurnya bukan diberdiriin malah ditaruh aja, kata Dimi sengaja, biar orang-orang tergoda). Kacau pokoknya. Apalagi badan masih lemas belum sembuh benar. Malahan pas hari pertama dijengukin Cindy, AK, Akmal dan dianterin Akmal juga buat ambil obat huhuhu. Maaf ya ngerepotin mulu.. Udah gitu aku ngerjainnya sambil setengah bego lagi, maaf ya tims. Ternyata yang tadinya terlihat mudah sebenarnya tidak mudah.

Di hari ketiga akhirnya pencerahan datang. Model sudah lumayan, tapi masih butuh banyak disempurnakan. Hari terakhir disibukkan dengan menulis paper (Fetra masih utak-atik program, masih ada yang mengganjal katanya). Bahkan di malam terakhir itu hampir semua tim begadang. Tahu hal konyolnya apa? Malam itu, sudah tahu paper belum selesai, koh Davin malah ngajak pesen PHD. Katanya, "Tahun lalu juga kami gitu, berbahagia dulu sebelum submit paper, biar tambah semangat juga ngetiknya kalau udah makan enak". Entah itu teori darimana, kami yang juga terserang virus lapar tengah malam mengiyakan omongan Davin. Makan-makan selesai, bukannya semangat ngetik, malah ngantuk karena kenyang. Si kokoh nih biang keladi. Biar melek, akhirnya aku ngemil jeruk, pilih yang kecut, sambil buka youtube putar lagu Jamrud, Fetra ngedoping (minum kopi hitam maksudnya) sampai 3 gelas sambil puter lagu kebangsaan (Maroon 5), Dimi yang nggak kuat akhirnya memilih tidur dan minta dibangunkan 1 jam kemudian.

Jam 6 pagi semua beres, tinggal submit dan untungnya ITB tidak mati listrik (tahun lalu mati listrik katanya, makanya pada rempong). Setelah mengurusi berkas ini-itu dan beres-beres ruangan masing-masing kami pulang dan tepar (bahagia banget lihat kasur di kosan).

Pertengahan April, hasil diumukan. Tidak percuma sih, walaupun belum bagus-bagus amat tapi perolehan tahun ini lebih baik lah dibanding tahun sebelumnya. 3 tim dari angkatanku semua mendapat Honorable Mention (HM lagi, Dian?). 1 tim (tim Smart) mendapat Meritorious Winner dan 1 tim terakhir (tim Hijab) mendapat SP (Successful participant).

Well, this is my third HM (I hope it'll be the last). Masih bisa IMC kan, Tuhan? Boleh dong ikut lagi, boleh juga kan dapet lebih dari HM? Pengen dapet medali nih *mulai ngarep*. Kenyang sama HM hehehe.

Sabtu, 16 Mei 2015

Sedih Tapi Kuat Kok

Hei, sudah Mei ternyata. Perkuliahan semester 8 selesai, tapi belum resmi selesai, mengingat UAS masih banyak dan semester pendek juga belum dilewati. Alhamdulillah sudah semangat TA (baru mulai? maklum deadliner) hahaha. Semoga lancar ya Allah, amiin. Many things happened, khususnya Maret-April kemarin. Banyak yang mau ditulis tapi lupa terus. Jadi diceritainnya satu-satu deh ya *nyicil ceritanya*..

Di tulisanku sebelumnya, aku cerita tentang rasa malasku ngerjain TA dan upaya refreshing-nya yang cukup terhambat karena ada sedikit masalah hati *wejiaan*. Tapi serius, memang beneran bermasalah waktu itu.

Ceritanya akhir Februari, tanggal 20, aku berniat pulang menghabiskan weekend di rumah, sekalian ada acara keluarga. Sayangnya itu batal karena jadwal kegiatan yang tidak bersahabat. Jumat ada kuliah sore, Sabtu dan Minggu ada kegiatan wajib rutin beswan, Senin malam mengajar privat. Sedih sih. Akhirnya pas hari Kamis aku telpon rumah dan bilang bahwa aku batal pulang. Orang rumah biasa saja, tidak ada masalah. Masalahnya di minggu depannya..

Seminggu kemudian, aku tidak menelepon rumah, tepar karena pulang kemalaman. Jumatnya, bertepatan di tanggal lahirku, bangun-bangun aku buka HP, berharap ada 2 pesan disana, ibu dan mbak. Aku kan hanya butuh tahu bahwa ibu ingat hari ulang tahunku. Tapi, nihil.. Sedihnya tambah. Ya sudah, dengan agak malas siangnya aku ke kampus. Di kampus ternyata si emak (Cindy) nyariin, akhirnya dia dan AK (Akmal juga dihitung deh) nyamperin sebelum aku masuk kelas cuma buat bilang happy birthday dan nyuruh aku ketemu mereka dulu sehabis kelas. Ternyata, Cindy masak puding dan ngajak makan berempat sehabis kelas. So sweet banget nggak sih anak satu ini. Terima kasih banyak pokoknya, you're my moodbooster that day. Mana habis itu waktu aku buka HP ada 2 pesan. Siapa lagi? Ibu dan mbak. Alhamdulillah, sedihnya hilang. Katanya ibu ngga sempat sms pagi-pagi. Agak heran sih, jarang-jarang ibu telat ngucapin. Tapi biar deh, yang penting ibu sms, udah lega.

Sore itu, aku juga ada kumpul dengan anak-anak Mathco mengingat sebentar lagi ganti kepengurusan. Dan ternyata ada yang beliin kue untukku dan seorang adik tingkat yang juga berulangtahun hari itu. Well, thanks, guys. Mathco yahud euy.

Sayangnya happy ini nggak bertahan lama. Malamnya, aku telepon rumah mengingat malam sebelumnya tepar. Awalnya pembicaraan kami biasa, tapi di akhir ibu bilang, "nduk mbok bali nek bisa", dan dengan alasan yang sama aku menjelaskan aku tidak bisa pulang. Tapi rasanya aneh. Saat aku tanya ada apa, ibu bilang, "yo ora popo, mung pengen dian bali, tapi nek nduk pancen ora bisa yo wes." Ditanya-tanya lagi pun jawabannya sama, tidak ada apa-apa. Habis salam telepon tutup. Nah kan, curiganya nambah. Pasti ada hubungannya dengan ibu yang tadi pagi nggak sempat sms. Ini pasti ada sesuatu yang ditutupi.

Akhirnya seperti biasa, aku berusaha men-distract diri sendiri, ngerjain ini-itu agar lupa walaupun sebentar. Eh, susah.. Malah tambah kepikiran. Dua hari kemudian semuanya memuncak. Pengen pulang tapi nggak bisa. Mau ngapa-ngapain nggak konsen. Mau cerita bingung sama siapa. Aku memang suka bercerita banyak hal, tapi kalau ada masalah apalagi tentang keluarga, aku sangat selektif memilih tempat bercerita. Lagipula, kalaupun ada tempat bercerita, aku bingung harus mulai darimana dan apa yang harus dikatakan. Jadi pada akhirnya malam itu aku hanya bisa menangis lama. Berharap keluargaku dilindungi dan semuanya baik-baik saja.

Esok paginya aku sudah mulai tenang walaupun mataku bengkak. Dan aku putuskan sms ibu, bilang kalau memang ada hal penting yang harus dilakukan, lakukan aja nggak perlu tunggu Dian, Dian bantu doa dari sini dan beliau hanya membalas "iya nduk". Walaupun belum plong tapi lebih lega.
Pada akhirnya selalu begini, seberat apapun itu aku masih kuat hadapi masalahku sendiri. Kalau sedang rapuh-rapuhnya selalu merasa butuh tempat luapan curhat, tapi lagi-lagi tembok kamar selalu cukup jadi tempat bercerita. Strong, Yan, strong!

Masuk bulan Maret, ada libur hari raya Nyepi, yang kebetulan jatuh di weekend. Bisa pulang juga nih :3 Sampai rumah aku dan keluargaku banyak bercerita. Ternyata memang ada sesuatu saat itu but that's okay now. Jadi, aku tidak perlu khawatir lagi :)

Btw, tadi banget, aku mimpi sedih. Aku mimpi ibu, bapak, dan mbakku nggak ada. Naudzubillah ya Allah, jangan dulu, aku masih sangat butuh mereka.
Dulu pas aku SD aku pernah bermimpi ibu nggak ada, bangun langsung nangis teriak-teriak panggil ibu, terus langsung berhenti pas ibu nyamperin ke kamar.
Pas SMP aku mimpi adikku nggak ada, nggak pake teriak sih tapi bantalku super basah dan bangun pun masih sesenggukan.
Beberapa minggu lalu aku mimpi bapak nggak ada, sama seperti saat mimpi adik, nangisnya dalam mimpi, jadi bangun tinggal sesenggukannya.
Nah yang tadi pagi parah. Bangun bantal sudah basah, ditambah masih nangis kebawa sedih, nangisnya bukan main pula, 40 menitan, sekitar sejam setelah bangun baru bisa tenang dan berpikir jernih. Aku takut beneran. Kalau kejadian kan aku nggak tahu harus gimana. Kuliahku belum selesai, adikku sebentar lagi masuk SMA, akunya juga pasti shock berat. Nggak kebayang gimana rasanya karena aku pasti tidak kuat tapi aku tidak bisa terus-terusan nangis apalagi di depan adikku. Kakak itu contoh buat adiknya, kalau aku begitu kan kasihan adikku. Makanya tadi nangisnya lamaaaa.. Jangan dulu, ya Allah. Lindungi keluargaku, amiin.
Ya sudah, ceritanya gitu. Kalau ngomongin keluarga bisa keterusan kalau nggak direm hahaha. See you in the next post :D

Selasa, 21 April 2015

Tampak, Bukan Sejati

Tampaknya keras
Sejatinya selunak kapas
Tampaknya subur
Sejatinya tanah berlumpur
Tampaknya tenang
Sejatinya sembunyikan gelombang
Tampaknya tinggi
Sejatinya tak mampu berdiri
Tampaknya kokoh
Sejatinya nyaris roboh
Tampaknya kuat
Sejatinya hati tersayat
Tampaknya bahagia
Sejatinya lelah pada dunia
Tampaknya diam
Sejatinya jeritan terpendam
Tampaknya bersenandung
Sejatinya 'tuk tutupi mendung
Tampaknya aku
Sejatinya?

Minggu, 22 Maret 2015

Jauh

Sesak menyeruak, menghantam dalam diam. Mungkin bukan hantaman. Mungkin hanya sekelebat emosi terpendam. Apapun, rasanya sama. Sesak. Jarum jam menunjuk sebuah angka yang terlihat kabur. Yang jelas, detiknya tetap berisik, mengusik keheningan kamar. Barusan aku bermimpi. Kau. Dari ribuan orang yang pernah ku kenal, aku tak tahu mengapa harus kau. Dan seketika, ruangan ini terasa sepi. Wajah yang biasa ku pandang, mata yang biasa ku tatap, suara yang biasa ku dengar, tergantikan dinding kamar. Meskipun diam, tetap ku ajak bicara. Meski tuli, tetap ku ajak bersenandung. Ada hal yang terasa lucu. Kau disana, masih menginjak tanah yang sama. Namun seperti lebih jauh dari benda gemerlap yang ku pandang setiap kali insomnia menyerang. Jauh. Ya, jauh..
They said, people fall in love in mysterious way (and mysterious person). Dan kau, terlihat remang. Seperti kabut yang tak mampu ku sentuh. Selalu ada teka-teki yang menyelimutimu. Seringkali gagal ku terka, namun pada akhirnya terjawab meski harus bertahun-tahun ku tunggu jawabnya. Kali ini aku sama sekali tak mengerti.. Akankah kau singkap kabutmu? Atau tetap membisu membingungkanku? Aku tak keberatan kau diam. Akupun selalu memilih cara itu. Aku hanya berharap diam tak kan merenggutmu pergi (lagi).. Agar aku tak perlu membohongi diri bahwa aku baik-baik saja (lagi).

Sabtu, 07 Maret 2015

Semester Ini Semester Hmm

Sedikit curhat, ceritanya semester ini yang niatnya semester leye-leye, hanya TA dan satu mata kuliah dalam prodi, justru membengkak menjadi semester pusiang (harus kayak mas Darto nyebutnya).
Niat awal 8 SKS, pada akhirnya 18 SKS, hahaha, jauh memang.

Kenapa bisa?
Awalnya karena ada isu-isu perihal mata kuliah wajib ITB yang 3 SKS, 1 SKS-nya tidak bisa dilempar ke jatah mata kuliah luar prodi. Jadi mau tidak mau, aku ambil salah satu mata kuliah luar 2 SKS, untuk antisipasi. Oke, sementara 10 SKS.

Yang 8 SKS?
Karena keisengan dan merasa butuh juga (butuh tau aja sebenernya mah), aku ambil salah satu mata kuliah tingkat 3, jadi kuliahnya sama adik tingkat biar berasa tetap muda (opo lho?). Jadi ya 14 SKS.

Masih ada 4 Day?
Iya. Singkat cerita, waktu itu di grup angkatan ada teman yang cari peminat untuk mata kuliah tertentu, alasannya pendaftarnya hanya 4 orang jadi terancam bubar, padahal dia butuh mata kuliah itu. Nah, mengingat mata kuliahnya terlihat berguna untuk ONMIPA dan aku belum belajar dan dosennya favoritku dan dosennya juga suka menggambar (ora nyambung sithik ra popo ah), jadi aku ambil deh. Alhasil 18 SKS di tangan. Tapi selow aja, kuliah tetap harus santai ~

Untungnya, jadwal kuliahnya pas hari Selasa, Kamis, Jumat AJA. Uwoooo, setidaknya ada 2 hari yang bisa sedikit leye-leye.

Sabtu, 28 Februari 2015

Post Terakhir Bulan Ini

Mumpung sebentar lagi ganti tanggal jadi judulnya begitu.
Well, apa kabar semua? Mau pamer nih, aku punya boneka brown loooh..


Itu dari si emak (maksudnya Cindy Putri Puspita, ini panggilan baru) Makasih banyak, Cin :3 Ini meredakan gejolak hati soalnya kemaren aku nangis karena aku pikir orang rumah nggak ada yang inget, ternyata memang baru sempet ngucapinnya sorean. Sama pudingnya juga enak. Yummy.. (ini berarti AK Akmal juga kena kok makasihnya :D )
Makasih juga tim Mathco, sore yang menyenangkan bersama kalian, semoga tetap berjaya ya..
Makasih juga Mars PDA yang malah nggosip dan dengan santainya bongkar-bongkar rahasia orang.
Dan makasih MA'11, tetap bebas linier dan membangun :)

Selasa, 17 Februari 2015

Demam oh Demam

Hujan sepertinya masih enggan beranjak dari bulan ini. Hujan. Bukan hanya gerimis. Hujan itu tetesan airnya banyak, dan deras. Dan itu menyebalkan. Terutama untuk korban kehujanan semacam aku. Bawa payung memang, tapi apalah arti payung di bawah hujan angin? Basah semua juga ujung-ujungnya. Mengingat betapa 'ringkih'nya badan badanku sekarang, mudah ditebak, ujung-ujungnya adalah demam. Iya, suhunya langsung naik drastis dan badan langsung terasa semriwing (meriang maksudnye).

Kalau agak mending demamnya, aku masih bisa jalan-jalan, ngobrol, bahkan loncat-loncat. Tapi kalau demamnya barengan pusing dan mual, selamat ya, Bapak Ibu dosen, mahasiswanya ilang 1 hari ini. Buat duduk di tempat tidur aja nggak kuat, ke kamar mandi aja kayak nenek 90 tahun jalan, semua dijadiin pegangan (maklum, pas semester 4 pernah jatuh dari tangga gara-gara tiba-tiba pusing). Mana bisa berangkat kuliah? Nanti turun angkot malah nyungsep. Kan susah. Udah gitu, suhu badan lama turunnya kalau hanya istirahat dan makan obat. Karena itu sejak beberapa tahun lalu, aku bersahabat dengan makhluk bernama "By*-by* Fever" ya kalau yang ini habis, aku beli "Co*l Fever". Semacam sih, hanya berbeda merk dan harga.

Senin, 09 Februari 2015

Eru & Hyorin - Kemesraan

Mengawali hari keempat ngendon di kampus, seperti biasa, habis mandi masih ada waktu untuk leye-leye sambil sarapan dan menunggu jam-nggak-bego. Akhirnya, y*utube-an deh nonton audisi SUCI 5 (mengingat TV sedang rusak). Lalu tiba-tiba kangen suaranya Hyorin dan malah nemu ini..


Biasanya denger Hyorin nyanyi lagu-lagu yang butuh power tinggi dan suara yang nggak kalah tinggi juga, tiba-tiba denger dia nyanyi lagu Indonesia, yang legendaris lagi, "Kemesraan". Uwaaaa, makin-makin emang nih mbak satu. Suaranya ajaib.. Mau dong suara begitu :3

Sabtu, 07 Februari 2015

Thinking Out Loud?

Bukan lagu baru sih tapi enak banget di telinga. Dan, romantis.. Hahaha.
Video klipnya yang simple justru aku sukaaa. Mbak-mbaknya dancer yang jago sepertinya. Gerakannya lentur, luwes gitu. Dan pada akhirnya, masuk playlist harianku deh ini lagu :)



Nih buat bonus, ada versi fingerstyle-nya juga. Keren! Bikin senyum-senyum yang denger (ciyeee, bahagia itu sederhana)


Ini liriknya (kalau mau sing along)

When your legs don't work like they used to before
And I can't sweep you off of your feet
Will your mouth still remember the taste of my love?
Will your eyes still smile from your cheeks?

And, darling, I will be loving you 'til we're 70
And, baby, my heart could still fall as hard at 23
And I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways
Maybe just the touch of a hand
Well, me—I fall in love with you every single day
And I just wanna tell you I am

So honey now
Take me into your loving arms
Kiss me under the light of a thousand stars
Place your head on my beating heart
I'm thinking out loud
That maybe we found love right where we are

When my hair's all but gone and my memory fades
And the crowds don't remember my name
When my hands don't play the strings the same way
I know you will still love me the same

'Cause honey your soul could never grow old, it's evergreen
And, baby, your smile's forever in my mind and memory
I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways
Maybe it's all part of a plan
Well, I'll just keep on making the same mistakes
Hoping that you'll understand

But, baby, now
Take me into your loving arms
Kiss me under the light of a thousand stars
Place your head on my beating heart
Thinking out loud
That maybe we found love right where we are

So, baby, now
Take me into your loving arms
Kiss me under the light of a thousand stars
Oh, darling, place your head on my beating heart
I'm thinking out loud
That maybe we found love right where we are
Oh, baby, we found love right where we are
And we found love right where we are

Minggu, 01 Februari 2015

Hey

Aku memang bukan orang yang bisa memperhatikanmu setiap saat, menyenangkanmu setiap waktu, atau menghiburmu sepanjang hari.
Aku hanya seseorang yang mengkhawatirkanmu tanpa ingin diketahui dan berharap tahu kabarmu tanpa harus mengoceh mengganggu..

Hey,
I miss you.. anyway..


Kamis, 22 Januari 2015

Mata Itu

Aku tahu.
Tanpa kau getarkan pita suaramu aku tahu
Tanpa kau gemakan pikiranmu aku tahu
Tanpa kau sisipkan fakta ke dalam canda aku tahu
Tanpa kau goreskan rasa menjadi alinea pun aku tahu
Aku tahu.
Bukan. Aku bukan tuhan.
Sorot mata itu yang narasikan


Repost
Bandung, 28 Agustus 2013

Bukan Drama, Hanya.. Gengsi.

Beberapa hari yang lalu aku membaca blog post seorang teman -Idham namanya- yang berjudul "Enggak Kangen, Enggak Cinta" yang kemudian memiliki blog post tandingan dari Pipit dengan judul "Drama". Tadinya, tidak ingin ikut-ikutan tapi tergoda juga akhirnya..

Setuju dengan pendapat Pipit, menurutku kangen itu muncul karena adanya stimuli yaitu rasa terbiasa. Dan saat kita kangen dengan seseorang atau sesuatu, memori tentangnya akan dengan mudah muncul dimana-mana. Di halaman novel yang kita baca, di whiteboard yang penuh tulisan dosen, di jendela angkot, di lirik lagu yang terputar di radio kantin, bahkan di dalam kekosongan saat kita beranjak tidur (aseek). Terdengar lebay ya? Tapi memang gitu sih..

Kembali ke tulisan kedua temanku tadi. Kalau pertanyaannya nggak kangen nggak cinta, aku balik dulu deh. Kalau cinta, kangen nggak? Aku sih optimis, kebanyakan orang akan menjawab iya. Lha wong yang cuma temenan sebentar aja dikangenin, benda mati juga kadang dikangenin, apalagi yang dicinta (tuh kan, geuleuh ih pake kata 'cinta' -_- ) Jadi, jawabannya iya, kalau nggak kangen berarti nggak cinta.
Nah, kalau kangen, terus apa? Kembali ke orangnya masing-masing menurutku. Mungkin x persen akan langsung mengontak orang bersangkutan dan bilang "Apa kabar?" atau dengan gamblangnya "Aku kangen". Tapi masih ada (100-x) persen yang tidak demikian. Dan salah satu faktor penyebabnya bisa jadi adalah gengsi. Ya, gengsi.
Kaum gengsi ini, pasti akan memilih untuk sibuk sendiri. Bukan upaya menambah drama di tengah rumitnya hidup, hanya usaha men-distract diri sendiri dengan cara apapun. Berusaha lupa sementara. Mungkin akhirnya benar-benar lupa. Tapi tidak jarang yang justru semakin rindu dan rindu. Sampai akhirnya, dengan penuh pertimbangan, dia akan mengontak terlebih dahulu dengan hanya "Hai" atau "Kamu sibuk?". Padahal dalam hatinya, "Aku kangen.. Banget."

Katanya, kalau memang cinta, sesulit apapun, pasti ada usaha meluangkan waktu satu sama lain.
Mmm, oke sih, kalau nggak gengsi. Sebenarnya usaha ada.. Tapi, gengsi itu.. Gimana ya? Susaaaah banget dimusnahkan (bahasane ah), ya dihilangkan deh. Dikurangi aja susah, apalagi sampai hilang. Mustahil. Yang bilang bisa hanya mereka yang nggak gengsi-gengsi banget. Selain gengsi, mungkin cuek. Ini sifat kedua yang juga susah dihilangkan. Tapi lumayan bisa dikurangi. Mau sayang gimana juga, karakter cuek itu sekali-kali bisa muncul. Kangen sih dikit, tapi ya udah lah nggak perlu dibilangin. Ujungnya sama-sama tiada kabar. 
Tapi tenang.. Kalau memang cinta, pasti ada yang mengalah duluan :) Makanya, untuk kaum seperti ini, quotes di atas sepertinya harus sedikit di revisi
Kalau memang cinta, sesulit apapun, pasti ada usaha mengalahkan gengsi dan ego masing-masing.
Sedikit cerita, tentang orang-orang yang selalu membuatku kangen. Keluargaku. Lebaran yang lalu,lebaran pertama yang aku lalui tanpa keluargaku. H-2 lebaran aku menelpon rumah dan berbagi kabar seputar keberangkatanku. Tadinya aku merasa normal-normal saja, tapi H-1 lebaran rasanya sangat hampa. Sore-sore aku berjalan-jalan di kompleks belakang hotel, berniat mengambil laundry. Sepanjang jalan, aku jumpai beberapa rumah tampak ramai, sepertinya kerabatnya pulang kampung ke rumah tersebut. Dan sesak mulai terasa. Aku rindu keluargaku. Tapi ditahan saja, baru juga tadi malam telpon. Gengsi. Yap, untuk beberapa hal, aku masih gengsi dengan keluargaku sendiri, apalagi untuk berkata "Ibu, aku kangen" atau "Makasih ya, Pak". Sampai akhirnya azan Isya berkumandang dan langit Jakarta mulai dipenuhi kembang api, sedangkan aku hanya menatap itu semua dari jendela kamarku sambil memegang HP,  galau pengen telpon tapi gengsi, kalau nggak telpon kangen. Untungnya beberapa menit kemudian, HP ku berdering. Bapak. Langsung ku angkat dan kami sekeluarga ngobrol berjam-jam malam itu.

See? Jangan pernah samakan statement Anda untuk semua orang. Karena biasanya, kaum gengsi punya statement sendiri :)