Laman

Minggu, 22 Maret 2015

Jauh

Sesak menyeruak, menghantam dalam diam. Mungkin bukan hantaman. Mungkin hanya sekelebat emosi terpendam. Apapun, rasanya sama. Sesak. Jarum jam menunjuk sebuah angka yang terlihat kabur. Yang jelas, detiknya tetap berisik, mengusik keheningan kamar. Barusan aku bermimpi. Kau. Dari ribuan orang yang pernah ku kenal, aku tak tahu mengapa harus kau. Dan seketika, ruangan ini terasa sepi. Wajah yang biasa ku pandang, mata yang biasa ku tatap, suara yang biasa ku dengar, tergantikan dinding kamar. Meskipun diam, tetap ku ajak bicara. Meski tuli, tetap ku ajak bersenandung. Ada hal yang terasa lucu. Kau disana, masih menginjak tanah yang sama. Namun seperti lebih jauh dari benda gemerlap yang ku pandang setiap kali insomnia menyerang. Jauh. Ya, jauh..
They said, people fall in love in mysterious way (and mysterious person). Dan kau, terlihat remang. Seperti kabut yang tak mampu ku sentuh. Selalu ada teka-teki yang menyelimutimu. Seringkali gagal ku terka, namun pada akhirnya terjawab meski harus bertahun-tahun ku tunggu jawabnya. Kali ini aku sama sekali tak mengerti.. Akankah kau singkap kabutmu? Atau tetap membisu membingungkanku? Aku tak keberatan kau diam. Akupun selalu memilih cara itu. Aku hanya berharap diam tak kan merenggutmu pergi (lagi).. Agar aku tak perlu membohongi diri bahwa aku baik-baik saja (lagi).

0 komentar: