Laman

Minggu, 30 Maret 2014

Cerita OSN Pertamina 2013 (3)

(masih) Sabtu, 5 Desember 2013

Sehabis Isya, akhirnya aku membulatkan niat mengerjakan makalah ini. Dimulai dari membaca artikel yang diberikan satu per satu. Akhirnya setelah menimbang-nimbang aku memilih salah satu topik dan berusaha mencari permasalahan yang bisa diangkat.
Dasarnya memang orang yang tidak berbakat di bidang seperti ini, menarik rumusan masalah pun butuh waktu yang begitu lama. Giliran rumusan masalah ditemukan, penyelesaiannya bingung. Alhasil, berjam-jam hanya mengutak-atik rumusan masalah agar memungkinkan untukku mencari penyelesaiannya. Belum lagi, modal penyelesaianku sedikit sekali. Yang ada di otakku hanya persamaan diferensial, persamaan linier (berapa variabel bisa deh asal masih diterima akal sehat), olah data bisanya yang simpel saja semacam rata-rata, standar deviasi, regresi, korelasi. Sebenarnya isi kuliah Matnum bisa dipakai sepertinya. Tapi ini kan sudah H-1, mana cukup waktunya? Jadi aku putuskan memilih judul dan rumusan masalah yang super-duper-simple-nggakadaobat. Yang penting jadi dulu. Ini juga belum tahu akan terpakai atau tidak. Baiklah, kotret-kotret selesai. Sudah ada bayangan mau menulis apa, data apa yang harus dicari dan bagaimana cara mengolahnya. Sesaat melirik jam. Aje gile buset. Jam 1 pagi, man. Seharusnya tulisan ini sudah berganti tanggal.

Minggu, 6 Desember 2013

Sambil menelusuri dunia maya mencari data, sambil mengetik presentasi, sambil sambil mengetik makalah pemodelannya, sambil ngantuk-ngantuk, sambil membuka email informasi dari admin OSN mengenai kriteria makalah. Suddenly, something has opened my eyes up. Ada syarat surat izin dari dekan fakultas atau yang bersangkutan. Upayaku bertemu kaprodi 3 hari terakhir 'kan nihil. Gimana caranya bisa berangkat kalau begitu? Mau nangis (tapi nggak jadi). Diam sejenak 15 menit-an.
Sempat stuck. Mungkin tidak perlu diteruskan. Fix nggak berangkat ini mah. Tapi kemudian berpikir mungkin masih ada jalan. Ya sudahlah, berangkat tanpa izin mungkin tidak masalah. Sejujurnya aku belum tahu proses keberangkatan besok bagaimana karena tidak ada informasi lebih lanjut dari pantia. Dari email yang dikirim, keterangannya tiket dsb ditanggung panitia dan keberangkatan peserta nanti bersama PIC provinsi (tapi tidak dicantumkan siapa PIC tiap provinsinya). Sabtu pagi aku sempat mengirim email ke admin yang bersangkutanu mengenai keberangkatan tapi tidak ada balasan sampai detik ini, jadi aku putuskan menunggu sampai Minggu pagi saja siapa tahu dibalas, kalau tidak ya aku cari kontak-kontak lain. Mau teror panitianya biar diberi kejelasan.
Dini hari itu aku habiskan bersama laptop dan kertas berserakan dimana-mana. Begadang. Sampai pagi. Ternyata mencari data di dunia maya tidak semudah yang ku pikirkan, harus ganti-ganti keyword. Harus teliti melihat situs. Harus membandingkan mana yang valid kalau ternyata sumbernya banyak. Dan pagi itu, pukul 3.30 (di hp) aku baru mendapatkan data yang ku butuhkan.
Proses berlanjut, mulai mengetik isi makalah dan presentasi lalu berhenti di bagian perhitungan dan analisis. Angkanya, bung. Besar nian, capek ngolahnya. Senjata yang menemaniku bertambah satu. Kalkulator. Tapi panca indera mulai melemah satu. Mata. Sekilas melirik, pukul setengah tujuh pagi.

                 ..... pukul setengah delapan pagi ......
Aaaaaagh, ketiduraaaan. Langsung bangun, langsung melanjutkan pekerjaan. Sebelumnya, buka hp, buka laptop. Cari-cari kontak panitia. Mau teror.
Dapat dua kontak. Langsung call. No answer. Try another number. No answer. Trying and trying, again and again. Still no result. Kampret. Ini kenapa sih semua orang sama hp-nya? Akhirnya aku sms saja kedua nomor itu. Berharap ada balasan. Kalau tidak, yoweslah, pancen ora rejekimu, nduk.
Singkat cerita, aku semakin malas menyelesaikan semuanya. Semakin lamban juga kecepatan menghitung dan mengetiknya. Alhasil sekitar pukul 14 makalah dan presentasinya baru selesai. Leye-leye akhirnya diriku di kamar. Maunya tidur, tapi masih ngarep ada balasan email maupun sms.

                   .....pukul setengah empat sore........
Telepon masuk. Nomor asing. Angkat saja siapa tahu penting. Unexpected, ternyata beneran panitianya ngontak balik. Tapi simple banget ngomongnya. Cuma tanya :
(1) ini benar nomor Dian dari ITB? (2) Dian udah dimana? (3) Udah tahu kan hari ini mulai pembukaan acara? (4) Sampai sini jam berapa? Kami tunggu.
Tutup.
Kampret.
Tapi biarlah, yang penting sudah dihubungi. Alhamdulillah. Tapi ini sudah jam setengah empat wooooyy. Naik apa aing teh?
Langsung bilang Laras, mau minta no travel ke Depok. Ada 3 kontak. Dihubungi semua. Satu tidak bisa nyambung. Satu penuh, baru ada besok pagi. Satu tidak melayani travel ke Depok.
Ya Allah sedaya lepat nyuwun pangapunten.
Googling dulu, ada banyak no travel. Langsung call. Penuh. Penuh. Penuh. Alhamdulillah terakhir ada. Agennya dekat, di Balubur. Ada jam setengah enam, ada jam setengah delapan. Aku ambil jam setengah enam.
Ambil flashdisk, print makalah dulu. Lalu cepat-cepat mandi. Ambil koper, packing. Dasarnya memang mepet waktunya, packing belum selesai sudah dapat sms dari travel bersangkutan. Katanya ditunggu, 5 menit lagi travel berangkat. Zzzzzzzzz. Aku mundur deh berangkatnya, jam setengah delapan jadinya. Untung masih ada kosong, jadi dibolehin sama mas-nya.

                    ...............Magrib.............
Packing selesai. Diajak Laras makan. Boleh deh, masih jam 6 ini. Sesuai perkiraan, jam 7 sudah selesai makan, sehabis pamitan ke Laras dan ibu kost, langsung cap cus ke pangkalan ojek biar tepat waktu sampai agennya. Ternyata eh ternyata, macet na'udzubillah. Mas ojeknya aja sampai kesusahan lewat. Sampai di belakang ITB, mas travel melakukan teror. Diancam ditinggal kalau 3 menit lagi belum sampai. Batas keterlambatan cuma 5 menit katanya. Aku coba nego, toh sudah deket ini. Tapi si mas masih terus main teror. Sampai Pelesiran, masnya bilang travel berangkat. Aku bilang sudah sampai Pelesiran. Tetep wae ditinggal. Sampai Balubur. Sepi. Masuk agen. Masnya ketawa sinis. "Udah ditinggal, mbak". Lihat jam, 19.37. Kampret. Nyesek. Hopeless. Mau nangis (nggak ding)
Pulang aja deh. Wis ben, mutung aku suwi-suwi.

*bersambung*
*maaf kalau postnya banyak kampret-nya*

0 komentar: