Laman

Selasa, 30 Mei 2017

Penyakit Umur 20-an

Hey all.. 
Sudah 5 bulan, saya baru muncul.
Di tulisan sebelumnya saya menyebutkan keluarga kami akan punya hajat Desember tahun lalu. Molor sedikit sih, tapi tetap sekitar-sekitar itu.
Alhamdulillah kakak saya sudah menikah.
Nih fotonya pas akad.


Cantik kan? Siapa dulu juru makeup-nya.. Hahaha.
Foto pas resepsi ngga diupload ah, makeup-nya menor, pakai orang salon sih, saya kan males lihat makeup-makeup yang begitu.
Oiya, alhamdulillah lagi kakak saya sekarang sedang hamil keponakan saya yang pertama. Baru jalan 3 bulan kalau tidak salah.
You know what? Waktu pertama tahu kakak saya hamil, bapak langsung joget-joget. Sambil nyanyi-nyanyi "Arep nduwe putu, arep nduwe putu". Kocak lah si babeh.
Semoga sehat dedek sama ibunya sampai lahiran, sehat teruuuss biar si dedek bisa ngerusuhin tantenya ini.


Kali ini saya ingin menulis hal yang paling sering dibicarakan orang-orang umur 20-an.
Menikah.
Kok topiknya ini? Mmm, sebenarnya mau yang lain tapi kemarin ada yang request sih jadi diturutin dulu.

Sebenarnya akhir-akhir ini saya sering geuleuh sendiri kalau buka sosmed, terutama FB dan IG.
Kenapa? Karena ada post-post berseliweran yang menggelitik kalbu (opo to Yan?).
Well
, kata orang kan umur 20-an itu memang waktunya orang mencari jati diri, mencari apa yang
sebenarnya diinginkan, dan menentukan jalan mana yang mau dipilih buat masa depannya.
Tapi rasa-rasanya mencari jati diri itu sekarang agak bergeser ke galau berkepanjangan.
Mohon dicatat. Berkepanjangan.
Bukan seminggu-dua minggu sebulan-dua bulan. Tapi berkepanjangan.

Postingan-nya bukan secara eksplisit keluhan sih, tapi semacam kode-kode gitu.
Yang belum lulus-lulus lah, yang belum dapet-dapet kerja lah (saya aja pengangguran nyantai kok, kapan-kapan saya cerita deh kenapa masih belum minat cari kerja), yang belum dapet-dapet jodoh lah.
Dan yang terakhir ini yang paling mewabah dan banyak penderitanya.



Mungkin masih ada yang bingung kenapa postingan-postingan 'siap nikah' bisa membuat saya geli sendiri.
Begini..
Iya, saya setuju menikah itu sesuatu yang baik dan dianjurkan karena melengkapkan separuh agama.
Iya, saya juga setuju kalau lebih baik mendoakan dari jauh daripada pacaran tapi maksiat.
Iya, saya pun tidak melarang kalau para gadis-gadis menjelang dewasa ini berharap punya imam yang soleh, bertanggungjawab dan lain-lain-lain-lainnya (orang saya juga pengen).

Tapi...
Mbok ya tidak usah diumbar-umbar di sosmed.

Bukannya apa-apa. Kesannya kayak gimana gitu.
Kecuali ditulis di blog. Soalnya, hanya orang-orang yang benar-benar niat baca tulisan kamu yang akan buka blog kamu.
Dan kalau pembacanya terganggu, ya salah sendiri baca blog orang.
Kalau sosmed lain kan ngga bisa difilter mana yang mau dilihat mana yang engga,
kecuali unfollow orangnya.
Tapi ntar habis di-unfollow, orangnya minta di-folback lagi.
Kan, sama aja.


Saya kasih contoh nih, postingan yang saya maksud..
Misalkan ada yang upload gambar masakan, caption-nya "Belajar masak biar kelak disayang suami",
atau upload foto di pameran wedding terus caption-nya "Survey dulu, meskipun belum ada calon"
atau upload foto lagi ikut seminar pra nikah dan caption-nya "Persiapan, semoga secepatnya".
Lah. Kode amat, ibu-ibu.
Kesannya seperti : Ini lho saya sudah siap nikah, barangkali ada yang sedang cari pasangan.
Ini penafsiran saya aja sih, sebagai orang yang nyinyir-nya sudah di angka 6 koma sekian (dari 1 sampai 10).
Tapi percayalah sekitar 65% cewek akan sepemikiran dengan saya.

Atau misalkan ada yang upload gambar cewek sendirian lalu caption-nya ala-ala surat cinta,
awalannya : "Untukmu, calon imamku yang meskipun belum ku ketahui siapa, kelak akan membimbingku menuju jannah nanti.. "
atau "Pertemukanlah aku sesegera mungkin dengan ia yang baik agamanya dan blablabla.."
(ngga ngerti lanjutannya) dan sejenisnya.

Bener sih itu doa. Semua muslimah ya pasti berdoa seperti itu.
Bedanya, tidak semua mengumbar doanya.
Kalau memang ditujukan untuk orang yang jadi suami nantinya, silakan ditulis, tapi disimpan dulu rasanya cukup.
Nanti kalau sudah ketemu orangnya alias sudah halal, baru sok dikasih langsung.
Kan lebih romantis..
Kalau pun mau berdoa, menurut saya doa yang sifatnya private seperti soal jodoh, itu cukup Allah sama kita sendiri aja yang tahu.

Mungkin mereka ngga sadar, dengan mereka memajang tulisan seperti itu, mereka memberikan kesan terlalu ngarep. Ya kalau istilah saya : kebelet nikah.
Apalagi saya cukup nyinyir, lihat yang begitu langsung dalam hati bilang, "Ah, lemah, minta banget dinikahin cepet-cepet?"
Kecuali kalau tulisannya berupa puisi atau sudah jadi buku (semacam Hujan Matahari-nya Mas Gun).
Kalau begini jadi punya kesan bagus.
Karena orang yang baca bisa baca pemikirannya secara utuh.
Tapi kalau postingan medsos. Yang secuil-cuil. Tapi bertubi-tubi. Temanya begitu terus.
Kesannya jadi galau berkepanjangan.


Saya terkadang bingung. Apa oknum-oknum yang post-nya berseliweran tersebut memang ingin nikah muda tapi ngga kesampean atau bagaimana.
Rasanya seperti mereka tidak betah single, tapi tidak mau pacaran.
Mau cepet nikah tapi calon belum juga ada.
Terus mereka memilih upload post-post tersebut deh.
Entah sekedar mengeluarkan hasrat terpendam atau berharap kemudian si calon jodoh baca lalu memberanikan diri melamar.
Who knows?

Kalau bisa saran, menurut saya kalau memang belum ketemu jodoh, jangan gitu-gitu amat lah. Jangan beri kesan ngarep dan kebelet pengen dinikahi.
Tanpa perlu diumbar, Allah pasti denger juga doa-doanya.

Cowok pasti lebih seneng lihat cewek yang ngga bergantung sama orang lain, kesannya mandiri.
Nah kalau belum ketemu jodoh aja udah segitu kelihatan ngarep-nya, bukannya yang lihat malah jadi males?
Kalau memang single terasa ngga menyenangkan, cari kegiatan aja yang banyak.
Menyibukkan diri itu kan hal yang gampang.
Tinggal jalani aja apa yang pengen dijalani, insya Allah hidup bisa lebih dinikmati, hidup bisa lebih bahagia.
Jadi ngga akan kepikiran meskipun temennya udah pada nikah, udah pada kerja, udah pada ngapa-ngapain.

Btw, tulisan kali ini kayak ujaran kenyinyiran banget ya? Hahaha.
Bukan begitu sih maksudnya.
Hanya ingin mengeluarkan pikiran, soalnya kalau ngga dikeluarin takutnya ngganjel di hati terus saya makin nyinyir terus numpuk dosa. Astagfirullah..
No offense ya semuanya.. Mohon maaf kalau menyinggung, mohon maaf kalau salah kata.
Semoga yang pengen cepet nikah segera dipertemukan sama jodohnya,
dan yang belum pengen nikah dikasih waktu sama Allah buat menikmati kesendiriannya dulu.
Aamiin.

0 komentar: