Laman

Rabu, 01 Februari 2012

Pengalaman Setahun Lalu

written January 31st,2012 at 23.50     

       Tepat setahun lalu, 31 Januari 2011, saya masih melek di kasur asrama putri SMA Semesta Semarang sambil ngobrol dengan teman-teman saya. Saya dulu terbiasa begadang.. Makanya sekarang juga masih sering begadang. Ditambah lagi pagi itu saya tidur pulas saat teman-teman bersekolah (bolos, bu, hehe). Jadi, tambah tidak bisa tidur :p
       Kenapa saya bolos?
       Timbul pertanyaan.. (kok jadi kayak pak Wisben Stand Up Comedy malah)
       Pagi itu saya sampai di asrama pukul tujuh lebih bersama teman-teman seperguruan saya, Trio Math itu (siapa lagi kalau bukan Rindra, Tyar dan Tryan, tiga jagoan matematika di angkatan saya). Kami baru saja pulang dari mengikuti kompetisi yang namanya LOGIKA di UI. Walaupun tidak menang, tapi overall 'menyenangkan' lah (menyebutkan kata menyenangkan secara ikhlas-tidak ikhlas). Lumayan refreshing di saat teman-teman hectic belajar dan try out UN. Hahaha.. (ngomong aja anak matematika pemalas semua)
       Kami berangkat dari Semesta Jumat pagi saat kelas belum dimulai (hitung sendiri tanggal berapa, kalau tidak salah sih 29 Januari). Kami hampir tertinggal kereta
karena saya sarapan dan siap-siap terlalu lama.. (maaf temaaaaan). Di kereta saya duduk di sebelah jendela kanan bersebelahan dengan Tyar. Berhubung kami berdua sama-sama tidak banyak ngomong, jadi kami sibuk dengan dunia masing-masing (saya sibuk dengan mp4 saya dan Tyar tidur) dan hanya berbicara seperlunya, terutama saat ada makanan dari kursi sebelah (kursinya Rindra dan Tryan). Sampai di Senen, kami sempat 'akan nyasar' karena bingung dengan bis yang harus dinaiki. Kami sampai di UI sore menjelang malam. Kami berangkat hanya berempat tanpa guru pembina (biasalah, bolang mode on). Esok paginya, kami mengikuti seperempat final untuk lomba individu maupun beregu. Tapi sayang, peringkat dari dua tim beregu Semesta ini tipis sekali, hanya NYARIS lolos.. Sedikiiiiiiiiit lagi padahal bisa. Yang lolos hanya 2 individu dari 3 anak semesta yang ikut seperempat final individu (saya, Rindra, Tyar). Hari berikutnya lagi, alias Sabtu, saya dan Tyar mengikuti semifinal. Berhubung hanya 2 orang tentu terbayang betapa 'krik-krik' nya kami. Apalagi sama-sama pendiam. Jadi kami memutuskan untuk mencari musola saja, menenangkan pikiran sambil menunggu waktu pengumuman (sebenarnya niatnya agar bisa 'ngadem' dan tidur di musola). Nah, 2 orang yang tidak ikut ke kampus itu malah ribet sendiri menanyakan pengumuman.
"piye,boz pengumumane?"
"Pai, nek wes ono pengumuman kandani lho."
"Halah, iso iso. Isih ana wektu sejam lumayan nggo ndonga, sapa ngerti jawabane berubah. Wes pokoke aja nyerah, kalahke cah-cah kae disik."
Dalam hati saya berpikir, " tumben sms mereka cukup 'nggenah', biasanyaa kaan... -_-"
Dan pengumuman pun keluar, alhamdulillah ada 1 yang lolos ke final walaupun saingannya dewa-dewa dan peluang menang seperti kerudung paris, alias tipis gila (maaf, lebay). Tapi okelah, demi perjuangan kami yang seperti anak-anak hilang ini, tentu babak final harus dilalui dengan semangat. Tapi, dukungan untuk si satu individu ini mulai 'ra nggenah':
"Semangat ya, demi tiket pulang kita."
"Harus menang lho, kalo nggak nanti aku pecel."
"Butuh kita kesitu nggak? Kalau nggak kita mau tidur lagi."
Astaga, motivasi macam apa ini. Dan setelah babak final (yang soalnya benar-benar 'membunuh' waktu, pikiran dan tenaga, tapi tetap saja tidak menghasilkan jawaban yang berarti), ternyata benar si individu tadi juara terakhir. Dan malangnya, individu tersebut adalah saya sendiri.. That's OK, maybe better next time.
       Setelah prosesi penutupan berakhir (sebenarnya belum berakhir, kami langsung pulang begitu si individu turun dari panggung setelah pengumuman pemenang, maklum tidak ingin tertinggal kereta), kami diantar mas-mas panitia ke stasiun UI, lalu kami langsung naik KRL Cikini dan naik bis ke Senen. Sedihnya, kami harus berdiri di dalam kereta yang sesak itu. Sebenarnya mereka menyuruh saya duduk karena saya perempuan sendiri, tapi saya tentu saja menolak jika mereka semua berdiri. Kan kita segerombolan, harus senasib sepenanggungan dong :) Malangnya lagi, makan malam yang sudah dibeli oleh salah satu dari kami tertinggal saat membeli tiket di stasiun UI. Zzzzzzzzzzzzzz..........
       Tidak cukup sampai disini, kemalangan masih berlanjut. Kami sudah berusaha secepat mungkin untuk mengejar waktu tapi sayang, kereta telah pergi.. Saat itu pukul 19.37, kami kira kereta berangkat pukul 20.00, ternyata 19.30. Huuuuuuuaaaaaaaaaaaaa... Yang tersisa tinggal kereta ekonomi. Kalian tahu betapa shock nya kami? 7 menit yang berharga T.T Tapi setidaknya, saya dan Tryan masih bisa tenang kembali. Tyar, seperti biasa bersikap cuek tingkat dewa. Dan Rindra? Masih menampakkan rasa shock nya sampai beberapa menit kemudian. Akhirnya, setelah berunding berempat, ditambah satu lagi bapak satpam di dekat loket, kami memutuskan pulang naik kereta ekonomi daripada harus menginap di stasiun, walaupun banyak resiko naik ereta ekonomi (Bapak satpam itu sebenarnya bukan membantu tapi justru menakuti kami karena beliau malah menceritakan hal-hal buruk yang pernah terjadi di kereta seperti pencurian, pembunuhan, jambret dan beliau mengekspos peristiwa 'sodomi'. Mendengar kata itu saya dan Tryan justru menahan tawa, sedangkan Rindra sama seperti sebelumnya: parno, dan Tyar, tentu saja: cuek). Apalagi kami takut nantinya harus berdiri di kereta selama berjam-jam 'lagi'. Hmmm...Tapi untungnya tidak, kami mendapat tempat duduk, setelah sekian lama berbincang-bincang dengan ibu petugas loket yang mencurigakan (halah). Tapi ada hikmahnya, setidaknya harga tiket ekonomi hampir seperempat kali harga tiket bisnis, jadi kami hemat uang, dan setelah itu uang tersebut kami gunakan untuk membeli makan malam dan snack untuk di kereta. Kami kemudian solat dan makan. Di masjid dekat stasiun kami mengalami hal menyebalkan lagi, karena saat kami ingin bersantai sebentar disana, bapak penjaga masjidnya sudah mulai menutup jendela dan mengeluarkan gebok. Singkat cerita, kami beranjak dari masjid itu (padahal ya disuruh pergi sama bapaknya) Kemudian kami makan dan membeli snack. Snack? Ya biasa lah, makanan ringan yang bisa dimakan ramai-ramai. Makan malam? Disini saya dikecewakan lagi. Sudah makanannya kurang enak, mahal pula. Aduh, orang Indonesia.. Jahatnya kalian. Selesai makan kami masuk lagi ke stasiun dan menunggu kereta sambil bercanda dan ngobrol. Kereta datang dan kami pulang...
       And finally, kami sampai Semarang dalam keadaan selamat tanpa mengalami kejadian aneh-aneh, hanya penumpang yang agak berdesakan di dalam kereta. :D. Pagi itu, kami berharap-harap cemas terhadap pak taksi yang mengantar kami dari stasiun Tawang: "Pak, jangan cepat-cepat, biar kami telat saja masuk ke Semestanya". Dan benar saja, kami terlambat sehingga kami punya alasan untuk izin tidak masuk sekolah lagi (dari Jumat sampai Senin). Waktu tersebut langsung dimanfaatkan dengan kembali ke kamar masing-masing dan tertidur pulas. Semalang apa pun nasib kami, sesusah apa pun perjalanan kami, kesan kami pada akhirnya tetap saja : MENYENANGKAN. :)

0 komentar: